
Apa itu HPV?
Kanker serviks menjadi jenis kanker terbanyak kedua yang menyerang perempuan di Indonesia menurut World Health Organization (WHO). Terdapat berbagai macam penyebab kanker serviks seperti pola hidup tidak sehat, mutasi genetik, dan faktor keturunan. Akan tetapi, infeksi HPV (Human Papillomavirus) menjadi pemicu terbesar pada kebanyakan kasus kanker serviks. Selain kanker serviks, HPV juga menjadi penyebab kanker anus, kanker vulva, dan juga kutil kelamin.
Human Papillomavirus merupakan golongan penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS), karena penularannya yang disebabkan oleh hubungan seksual beresiko. Seseorang dapat menjadi carrier atas virus ini walaupun ia tidak memiliki tanda ataupun gejala. Gelaja atau tanda-tanda dari virus ini baru akan muncul bertahun-tahun setelah terpapar oleh virus tersebut.
Sejauh ini terdapat lebih dari 100 varian Human Papillomavirus. Beberapa varian HPV menyebabkan kutil kelamin, dan yang lainnya dapat menyebabkan bebagai macam kanker. Contohnya HPV-16 dan HPV-18 yang dapat menyebabkan kanker serviks ataupun HPV-6 dan HPV-11 yang menyebabkan kutil kelamin.
Siapa saja yang harus menerima vaksin HPV?
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, rekomendasi vaksin HPV ditujukan untuk anak perempuan berusia 9-13 tahun dengan ketentuan frekuensi vaksinasi dua kali, dengan masa interval dua bulan setelah vaksinasi pertama. Hal ini diselenggarakan oleh program KEMENKES yaitu Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Rekomendasi kedua ditujukan untuk perempuan berusia 13-45 tahun dengan ketentuan frekuensi vaksinasi tiga kali, dengan masa interval dua bulan setelah vaksinasi pertama, dan 6 bulan setelah vaksinasi kedua.
Rekomendasi ketiga ditujukan untuk perempuan dan laki-laki berusia 27-45 tahun yang belum pernah mendapatkan vaksin HPV untuk mendapatkan vaksinasi guna mencegah penyebaran HPV dengan jenis vaksin HPV 9-valen.
Efektivitas Vaksinasi HPV
Menurut penelitian, vaksin HPV efektif untuk menurunkan risiko penularan infeksi dan masalah kesehatan yang disebabkan oleh HPV hingga 93%, apabila vaksin dilakukan sebelum seseorang memiliki kehidupan seksual yang aktif. Kendati demikian, vaksin HPV tidak dapat mengobati pasien yang sudah terinfeksi, akan tetapi dapat melindungi pasien tersebut dari infeksi HPV jenis lain. Perlindungan vaksin HPV merupakan perlindungan jangka panjang. Setelah mendapatkan dosis penuh dari vaksinasi HPV, maka keefektivitasan vaksin akan berlangsung seumur hidup. Meskipun demiikian, masyarakat harus tetap mengambil langkah-langkah prevensi lainnya untuk mencegah terinfeksinya HPV.
Langkah-langkah prevensi penyebaran HPV
Selain vaksinasi, hal-hal di bawah ini juga dapat menurunkan resiko penyebaran HPV :
- Menggunakan kondom saat berhubungan seksual
- Tidak berganti pasangan seksual
- Tidak melakukan kontak langsung dengan kutil dan segera mencuci tangan jika tidak sengaja tersentuh.
- Melakukan pengecekan kesehatan secara berkala
- Tidak merokok dan menjaga pola hidup sehat
Aksesibilitas terhadap Vaksin HPV
Meskipun Kementerian Kesehatan menangguhkan program vaksinasi gratis bagi anak-anak sekolah, bagi masyarakat umum yang ingin menerima vaksinasi HPV, diperlukan biaya mandiri untuk mengakses vaksin tersebut. Harga yang dibandrol pun cukup tinggi dari 700 ribu rupiah hingga 1,3 juta rupiah per dosis. Ditambah lagi diperlukannya dua hingga tiga kali penyuntikan dosis vaksin yang membuat vaksin ini kurang aksesibel untuk masyarakat menengah kebawah.
Sejauh ini belum ada program vaksinasi HPV gratis bagi masyarakat dewasa, namun diharapkan kedepannya pemerintah dapat mensubsidi vaksinasi tersebut agar dapat diakses oleh masyarakat luas. Mengingat bahwa angka kasus dari kanker serviks di Indonesia masih tinggi, sehingga diperlukan tindakan lebih lanjut untuk memastikan kesejahteraan dan tingkat kesehatan masyarakat Indonesia.
Polemik Vaksinasi HPV
Walaupun terbukti secara ilmiah bahwa vaksin HPV merupakan cara yang efektif untuk mencegah penyebaran HPV, vaksinasi ini menuai kontroversi dan juga menjadi suatu hal yang tabu bagi masyarakat dan juga para orangtua. Tidak sedikit dari masyarakat yang memiliki anggapan bahwa vaksin ini tidaklah pantas untuk didapatkan anak-anak dikarenakan vaksin ini mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS). Hal ini menyebabkan lumrahnya penolakan vaksinasi HPV dari para orangtua yang menjadi salah satu faktor terbesar atas rendahnya angka vaksinasi HPV pada anak. Adanya stigma atas seksualitas dan rendahnya kesadaran akan pendidikan seksual secara komprehensif juga mendorong ketidakyakinan dan kurangnya rasa kepercayaan orangtua atas vaksinasi HPV. Studi menyatakan bahwa komunikasi dan sosialisasi yang terpercaya dan persuasif dari konselor kesehatan terkait informasi vaksinasi HPV dapat memberikan edukasi sekaligus menumbuhkan rasa kepercayaan pada orangtua.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) vaksin HPV dapat bekerja secara maksimal sebelum seseorang menjadi aktif secara seksual. Maka dari itu vaksin ini ditujukan kepada anak-anak, guna menjauhi resiko penyakit seperti kanker atau kutil yang disebabkan oleh HPV di masa depan. Selain itu, vaksin HPV terbukti tidak memiliki korelasi dengan membuat seseorang memiliki hasrat seksual yang lebih tinggi ataupun membuat seseorang melakukan aktivitas seksual dibawah umur. Dengan mematahkan misinformasi seperti ini, diharapkan bagi seluruh kalangan masyarakat agar lebih terbuka dan juga terinformasi tentang pentingnya urgensi vaksinasi HPV.
Konklusi
Human Papillomavirus (HPV) merupakan virus yang dapat menyerang perempuan atau laki-laki dengan penularan melalui hubungan seksual beresiko. HPV menjadi penyebab dari berbagai macam penyakit kanker dan kutil kelamin. Namun untuk mencegah terjadinya penyebaran HPV, dapat dilakukan vaksinasi HPV. Target utama dari vaksinasi HPV adalah anak-anak, karena vaksin tersebut dapat bekerja secara optimal apabila si penerima vaksin belum melakukan hubungan seksual secara aktif. Efektivitas dari vaksin HPV juga sudah terbukti secara ilmiah, mampu memberikan proteksi hingga lebih dari 90%. Kendati demikian, kesadaran masyarakat atas pentingnya vaksinasi HPV di Indonesia masih cenderung rendah. Hal ini yang membuat pentingnya informasi lengkap dan sosialisasi yang baik agar masyarakat di Indonesia lebih teredukasi mengenai vaksin HPV.
Referensi
“Parents Who Decline HPV Vaccination: Who Later Accepts and Why?” Parents Who Decline HPV Vaccination: Who Later Accepts and Why? – ScienceDirect, 1 Mar. 2018, https://doi.org/10.1016/j.acap.2017.06.008.
“HPV Vaccine: Get the Facts.” Mayo Clinic, 18 Sept. 2021, www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hpv-infection/in-depth/hpv-vaccine/art-20047292.
“HPV Vaccine | What Is the HPV Vaccination.” HPV Vaccine | What Is the HPV Vaccination, www.plannedparenthood.org/learn/stds-hiv-safer-sex/hpv/should-i-get-hpv-vaccine.
“HPV.” Alodokter, 21 Nov. 2014, www.alodokter.com/hpv.
“Bagaimana Aturan Vaksin Kanker Serviks Untuk Dewasa? – Hello Sehat.” Hello Sehat, 11 May 2022, hellosehat.com/kanker/kanker-serviks/vaksin-kanker-serviks-untuk-dewasa.