Di zaman modern seperti sekarang ini, setiap perempuan memiliki kebebasan untuk memilih apa yang ia inginkan dalam hidupnya, terlepas dari apapun cita-citanya, cara pandangnya dan prinsip hidupnya. Entah itu pernikahan, pendidikan, atau karier. Jika dahulu banyak perempuan yang lebih memilih untuk menikah ketimbang mengejar karier atau melanjutkan pendidikan, tidak demikian halnya dengan saat ini. Di masa kini, tidak sedikit juga perempuan yang ingin memiliki pendidikan yang tinggi dan karier yang baik.
Saat ini rata-rata usia fresh graduate adalah 22 tahun, yakni usia produktif bagi perempuan. Kemudian para perempuan akan dihadapkan dengan tahap selanjutnya yaitu dilema antara melanjutkan pendidikannya, berkarir atau menikah. Tentunya perlu pertimbangan dan persiapan sebelum menentukan pilihan yang akan diambil.
Melanjutkan Pendidikan
Salah satu keinginan bagi perempuan, walaupun tidak bisa dikatakan semua perempuan memiliki keinginan yang sama yaitu berpendidikan tinggi. Apalagi pandemi Covid-19 sangat berdampak terhadap ribuan lulusan baru. Dilansir dari kompas.tv, pandemi Covid-19 menyebabkan jumlah pengangguran di Indonesia terus meningkat. Badan Pusat Statistik mencatat hingga Februari 2021, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,75 juta orang.
Dengan situasi tersebut, opsi yang dapat dipilih selain memperoleh pekerjaan adalah melanjutkan pendidikan. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, sudah banyak perusahaan yang membutuhkan karyawan dengan tingkat pendidikan magister. Oleh karena itu, melanjutkan pendidikan merupakan sebuah opsi yang dapat meningkatkan nilai tambah dan juga mendukung perkembangan karier.
Menikah
Keputusan untuk menikah bukan semata-mata didasarkan pada usia ideal. Pada akhirnya perempuanlah yang menentukan kapan ia siap menikah. Tidak ada patokan yang pasti bagi perempuan untuk menikah. Entah itu di usia 20-an, 30-an, 40-an, dan seterusnya.
Tidak ada larangan bagi seorang perempuan untuk cepat menikah. Akan tetapi, sebuah pernikahan membutuhkan kesiapan mental, emosi, spiritual, tanggung jawab, dan kemampuan finansial untuk membangun rumah tangga. Jika dirasa sudah sama-sama siap lahir-batin maupun secara finansial untuk menikah, tentu tidak menjadi masalah. Tapi bagi yang lainnya, tetap tak ada salahnya untuk mempertimbangkan masak-masak semua manfaat dan risikonya. Jangan sampai perempuan menikah hanya demi gengsi dan untuk menghindar dari pertanyaan, “Kapan nikah?”.
Menikah di usia produktif menjadi pilihan aman untuk perempuan saat menikah. Pada usia 40 tahun perempuan memang masih bisa memiliki anak, namun akan sangat berisiko untuk calon ibu dan anak jika usianya semakin bertambah. Menikah di usia produktif juga menjadi alasan untuk perempuan ingin lebih banyak waktu bersama pasangan dan anaknya.
Terlepas dari apa pun alasannya, mempunyai rekan yang menemani dalam perjalanan hidup tentunya dapat menjadi suatu kebahagiaan tersendiri. Hendaknya perempuan juga sudah mempersiapkan sejak dini untuk menghindari segala macam kondisi yang mungkin akan terjadi setelah menikah.
Berkarir
Perempuan yang mendahulukan karier tentunya selangkah lebih awal untuk mandiri secara finansial. Di samping memperoleh penghasilan, dengan berkarier maka seorang perempuan akan mampu untuk menempa diri dengan berbagai ilmu dan pengalaman yang menantang. Perjalanan dalam membangun karier memang berliku dan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun seorang perempuan yang tangguh akan mampu untuk melalui itu semua dan melenggang dengan indah menuju kesuksesan. Dengan berbekal pengetahuan, pengalaman, serta penghasilan yang dimiliki, seorang perempuan dapat menjadi sosok yang bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya.
Saat ini perempuan hendaknya tidak dikekang dalam menentukan pilihan. Tidak harus digenggam tangannya dan diarahkan ke satu pilihan tertentu sesuai skenario. Perempuan berhak untuk menjatuhkan pilihannya, entah menikah, melanjutkan pendidikan, atau berkarier. Entah semuanya mau dijalani satu persatu, mau dijalani secara bersamaan, atau bahkan hanya memilih satu saja, maka biarkanlah.
Hal penting yang perlu dipahami adalah perempuan bebas dalam menentukan keputusan, apapun yang ia pilih untuk hidupnya tanpa ada paksaan dari siapa pun. Setiap perempuan memiliki prioritas yang berbeda-beda. Tidak ada salahnya sebelum mengambil keputusan penting terlebih dahulu berdiskusi dengan sahabat atau teman dekat, orang tua, maupun orang yang dirasa berpengalaman. Satu hal yang pasti bahwa tidak ada pilihan yang benar-benar sempurna dan selalu ada konsekuensi yang mengikuti.
Apa pun pilihan yang diambil, pastikan bahwa hal tersebut sudah dipertimbangkan dengan matang. Apa pun pilihan yang diambil, pastikan bahwa sudah siap dalam menghadapi lika-liku perjalanannya. Apa pun pilihan yang diambil, pastikan bahwa itu adalah yang terbaik menurutmu sendiri, bukan orang lain.
Penulis : Jenita Sinaga
Editor: Setyoningsih Subroto
Referensi :
- Hulwa, R. A. (2020, 4 Maret). ”Ini Alasan Wanita Harus Tetap Bekerja Setelah Menikah” ,https://www.weddingku.com/blog/ini-alasan-wanita-harus-tetap-bekerja-setelah-menikah
- Khabibah, M. (2021, 27 Juli). “Ketika Perempuan Memilih: S2, Menikah atau Karir Dulu?”. ,https://rahma.id/ketika-perempuan-memilih-s2-menikah-atau-karir-dulu/
- “Menikah atau Berkarir”. (2020, 16 November). https://familyfirstindonesia.org/artikel/menikah-atau-berkarir