Edukasi Seks Anak Usia Dini: Masih Dianggap Tabu?

Foto oleh Ron Lach  dari Pexels: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-wanita-gadis-duduk-9885403/

Pernahkah kalian menyadari, ketika masih kecil baik anak-anak maupun orang tua jarang membahas hal-hal yang berkaitan tentang seksual di lingkungan keluarga? Bahkan ketika ada anak kecil yang bertanya mengenai hal tersebut pada orang tuanya, mereka akan memilih berbohong atau mengalihkan topik pembicaraan. Hal ini dikarenakan pembicaraan mengenai seks masih dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa Indonesia masih krisis akan edukasi seks.

Apa itu edukasi seks?

Edukasi seks atau secara keren disebut dengan sex education adalah informasi yang berkaitan dengan seksualitas manusia secara jelas dan benar. Secara garis besar, edukasi seks merupakan suatu pengetahuan yang diajarkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Hal ini dapat meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, hingga aspek kesehatan seksual.

Dapat dikatakan bahwa edukasi seks merupakan hal yang sangat penting diberikan oleh masyarakat terutama sejak usia dini. Mengingat pada usia dini (sekitar usia 6-8 tahun) anak-anak berada pada tahap meniru (play stage). Berdasarkan empat tahap sosialisasi manusia yang dikemukakan oleh ahli sosiologi dan psikologis, George Herbert Mead, tahap meniru merupakan tahap yang sangat penting bagi perkembangan manusia. Pada tahap ini anak-anak akan meniru segala sesuatu yang ia lihat terutama hal yang sangat menarik menurut mereka. Anak-anak pada usia ini masih belum bisa memilah mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, maka dari itu pada usia tersebut anak-anak rawan terpengaruh atau terjerumus pada hal yang tidak diinginkan. Demi mencegah hal tersebut terjadi, penting untuk menerapkan edukasi seks kepada anak usia dini secara baik, jelas, dan tepat agar tidak menimbulkan masalah baru nantinya.

Pentingnya edukasi seks pada anak usia dini:

  1. Mengetahui informasi seksual anak seusianya
  2. Agar tidak terkejut saat mengalami masa pubertas
  3. Menjaga organ reproduksinya
  4. Menghindarkan diri dari adanya tindak pelecehan seksual dalam berbagai bentuk

Edukasi Seks di Indonesia

Di Indonesia sendiri adanya edukasi seks belum berjalan secara maksimal karena masih dianggap sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan, terlebih bagi anak yang belum memasuki usia dewasa. Bagi sebagian masyarakat, edukasi seks yang dianggap bukan merupakan budaya Indonesia yang perlu dipertahankan dan dilakukan. Bahkan banyak orang yang merasa risih dan enggan untuk menjelaskan mengenai hal-hal seksual ketika ada yang menanyakan hal tersebut, tak terkecuali anak-anak atau anggota keluarga mereka sendiri. Mereka akan memilih untuk mengalihkan pembicaraan atau mengatakan bahwa mereka akan mengerti mengenai hal ini jika sudah dewasa nanti. Ini tentunya akan berdampak pada pemahaman anak-anak mengenai seksualitas, di mana pada usia tersebut anak mulai aktif untuk mencari tahu sendiri apapun yang ia inginkan dengan berbagai cara. Lebih buruknya, jika anak-anak bisa salah dalam memahami atau menafsirkan apa yang ia lihat tanpa bimbingan orang yang telah paham akan hal tersebut.

Banyak dampak yang dapat dirasakan ketika kurangnya edukasi seksual pada anak, seperti terjadinya pelecehan seksual, seks bebas, hamil di luar nikah, hingga adanya penyakit menular meliputi HIV/AIDS yang menginfeksi masyarakat di usia belia. Bahkan terjadinya kekerasan seksual pada anak akibat dari dampak kurangnya edukasi seksual juga dapat dirasakan oleh masyarakat. Menurut data kasus pengaduan anak berdasarkan klaster perlindungan anak komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2020 diperoleh data anak korban kejahatan seksual online sejumlah 103, anak pelaku kejahatan seksual online sejumlah 9, anak korban pornografi dari media sosial sejumlah 91, anak pelaku kepemilikan media porno (HP, video, dan lainnya) sejumlah 389, anak sebagai pelaku kekerasan seksual (pemerkosaan, pencabulan, dan lainnya) sejumlah 44, anak sebagai pelaku pedofilia sejumlah 11, anak pelaku aborsi sejumlah 10, anak sebagai korban kekerasan seksual (pemerkosaan, pencabulan dan lainnya) sejumlah 419, anak sebagai korban prostitusi anak sejumlah 29, anak sebagai korban eksploitasi seks komersial anak sejumlah 23, anak sebagai pelaku rekrutmen seks anak (mucikari) sejumlah 4.

Jumlah ini dinilai sangat mengkhawatirkan terutama dalam hal kesehatan fisik dan mental anak karena dampak kesehatan seksual anak dapat mengarah pada adanya kekerasan seksual pada anak.

Maka dari itu edukasi seks sangat penting diberikan sejak anak masih dalam usia dini. Edukasi seks pada anak usia dini dapat dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan anak yaitu lingkungan keluarga. Mereka dapat memberikan edukasi seksual dengan berbagai cara baik secara pembahasan langsung, maupun konten-konten edukasi seksual ramah anak yang dapat dengan mudah ditemukan saat ini di internet. Mengingat perkembangan teknologi kini semakin pesat, maka anggota keluarga atau orang tua dapat memanfaatkan hal tersebut secara baik untuk membantu proses edukasi seks pada anak. Selain itu, beberapa cara berikut dapat dilakukan anggota keluarga untuk memberikan edukasi seksual secara dasar pada anak usia dini:

  1. Membantu anak agar merasa nyaman dengan anggota tubuhnya.
  2. Memberikan sentuhan yang wajar atau pelukan agar anak merasakan kasih sayang orang tuanya secara tulus.
  3. Membantu anak memahami perbedaan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan di depan umum.
  4. Memberi tahu mengenai hal-hal pribadi yang tidak boleh disentuh dan dilihat orang lain.
  5. Mengajarkan anak mengenai perbedaan tubuh laki-laki dan perempuan.
  6. Menjelaskan sesuai dengan apa yang ingin diketahui atau pertanyaan anak.
  7. Menjelaskan mengenai fungsi anggota tubuh secara mendasar.
  8. Menjelaskan mengenai pergaulan lawan jenis.
  9. Memberikan keyakinan pada anak agar mau berkonsultasi atau terbuka kepada orang tua mengenai seks.

Pola pikir masyarakat terutama orang tua yang menganggap edukasi seks merupakan hal yang tabu sebaiknya mulai dihilangkan. Karena tanpa disadari ada banyak dampak negatif yang terjadi jika pola pikir tersebut masih digunakan. Merubah pola pikir mengenai edukasi seksual yang dianggap tabu, tanpa disadari dapat menyelamatkan anak-anak dari hal yang tidak diinginkan.

Referensi:

Khusna, Nikmatul. (2021). Peran Masyarakat dan Orang Tua Dalam Edukasi Seks Pada Anak. Retrieved 3 February 2023 https://osf.io/vqp2c

Margaretta dkk. (2020). The Effectiveness Of Sexual Education On Sexuality Knowledge And How To Prevent Sexual Violence In School Age Children . IIKBW PRESS. Retrieved 3 February 2023 https://prosidingonline.iik.ac.id/index.php/PSHP/article/view/147

Maria Ulfa. (2021). Contoh Materi Pendidikan Seks Anak di Usia Dini & Manfaatnya. Retrieved 3 February 2023 https://tirto.id/contoh-materi-pendidikan-seks-anak-di-usia-dini-manfaatnya-gbps

Purnama, Diana Septi. (2018). Pentingnya “Sex Education” Bagi Remaja. Retrieved3February2023 http://staffnew.uny.ac.id/upload/132310878/pengabdian/sex-education-sman-1-tempel.pdf

Sebayang dkk. (2019). Pengaruh Edukasi Seksual Terhadap Perilaku Seks Pranikah pada Generasi Milenial. Journal Health of Studies. Retrieved 3 February 2023 https://ejournal.unisayogya.ac.id/index.php/JHeS/article/view/1038

Penulis: Nurlita Santi

Editor: Desy Putri R.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *