
Sumber: https://princess.disney.com/
Siapa yang tidak mengenal Disney Princess? Tentu sebagian besar orang sudah mengetahuinya. Dari tokoh klasik seperti Cinderella sampai tokoh modern Putri Elsa menjadi hiburan yang paling dikenal banyak orang. Saat masih kanak-kanak, salah satu impian yang dimiliki mungkin adalah menjadi Disney Princess. Tinggal di istana yang megah, memakai gaun baru setiap harinya, dan menikah dengan pangeran yang tampan. Namun sekarang cerita Disney Princess sudah tidak seperti itu lagi. Karakter dan plot cerita Disney Princess mengalami evolusi dari tahun ke tahun. Bagaimanakah perkembangannya? Yuk kita lihat!
Pada era klasik dari tahun 1937-1957, penokohan Disney Princess sangatlah monoton. Cinderella, Aurora, dan Snow White memiliki penampilan yang serupa. Kulit putih khas bangsa Eropa, rambut lurus dan jatuh, serta tubuh ramping menjadi standar kecantikan Disney Princess di era klasik. Plotnya pun selalu diakhiri dengan putri yang diselamatkan oleh pangeran berkuda yang rupawan. Plot pada princess di era ini erat dengan tema “Damsel in Distress”.
Tema “Damsel in Distress” sangat melekat pada plot Disney Princess klasik. Damsel in Distress adalah istilah untuk menggambarkan seorang wanita yang berada dalam masalah dan membutuhkan seorang laki-laki untuk menolongnya. Kondisi ini sangat relevan dengan Aurora dan Snow White yang diselamatkan dari kutukan dengan kecupan pangeran tampan. Formula cerita Disney Princess klasik selalu dihadirkan dengan plot wanita tak berdaya yang terjebak dan membutuhkan pertolongan pangeran untuk mendapatkan akhir yang bahagia.
Citra tubuh yang ditampilkan princess era klasik Disney juga sangat bergantung pada standar kecantikan Eropa. Disney Princess ditampilkan dengan tubuh yang kurus dan ramping, berkulit putih, dan rambut yang lurus. Sebaliknya antagonis ditampilkan dengan karakter berusia tua dengan tubuh yang sangat kurus. Penggambaran tersebut memunculkan persepsi seakan-akan orang yang memiliki ciri serupa pasti memiliki sifat kejam pula.
Pada tahun 1989-1999 atau “rebel children era”, tokoh princess yang dihadirkan adalah Ariel, Belle, Jasmine, Pocahontas, dan Mulan. Mereka digambarkan sebagai tokoh princess yang tangguh dan mandiri. Penampilan yang dihadirkan juga lebih beragam dari Mulan dengan karakteristik oriental sampai Jasmine yang berasal dari Timur Tengah.
Tokoh Disney Princess pada era ini mengalami perubahan dibandingkan tokoh pada era sebelumnya. Etnis yang ditampilkan pun sudah mulai beragam dengan hadirnya Jasmine, Mulan, dan Pocahontas. Princess pada era ini cenderung memiliki karakter berani untuk menjalani aksi. Ariel contohnya, yakni seorang putri duyung yang berani untuk menjelajahi daratan dan berani untuk membuat keputusannya sendiri meskipun ditentang oleh ayahnya. Lalu ada Belle yang cerdas dan rela berkorban demi menggantikan posisi sang ayah yang dikurung oleh Beast.
Pocahontas dan Mulan pun menunjukkan karakteristik yang sama. Mereka adalah wanita pejuang yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi dan rela berkorban demi melindungi keluarga dan bangsanya. Mereka berhasil melawan stigma jika perempuan itu lemah. Karakter princess pada era ini tidak lagi menunggu pangeran berkuda datang sebagai penyelamat melainkan mereka sendirilah yang menjadi sosok pahlawan.
Era modern Disney Princess yang bermula dari tahun 2009 sampai sekarang menghadirkan tokoh princess Tiana, Rapunzel, Merida, Elsa, dan Moana. Tokoh princess di era sekarang ini lebih menampilkan sosok wanita yang berjiwa bebas dan pekerja keras. Plotnya pun lebih kompleks dibandingkan dengan era terdahulu.
Oleh karena itu, pemberdayaan wanita lebih ditunjukkan dalam tokoh princess di era modern. Karakter princess yang ditampilkan adalah sosok yang berjiwa bebas dan powerful. Plot dibuat lebih kompleks dibandingkan dengan era-era sebelumnya. Kisah romansa antara putri dan pangeran tidak lagi menjadi fokus utama. Bahkan kisah romantis hanya menjadi sub-plot semata. Penemuan jati diri dan petualangan menjadi kisah yang lebih ditonjolkan.
Merida dalam film Brave contohnya, ia sangat berbeda dengan karakter princess sebelumnya. Penampilan Merida cenderung lebih realistis. Konsep standar kecantikan Eropa tidak diberlakukan terhadap Merida yang berpenampilan acak-acakan dan memiliki rambut keriting lebat. Definisi kecantikan Merida ada pada keberaniannya. Ia berani untuk menghilangkan tradisi lama yang tidak sesuai lagi. Alih-alih dijodohkan dan didikte untuk tampil anggun, ia memilih untuk menentukan nasibnya sendiri. Konflik yang dialaminya pun bukanlah romansa percintaan, melainkan hubungan serta ikatan antara sang ibu dan anak.
Kemudian dalam film Frozen, konflik serupa ditampilkan melalui tokoh Elsa. Kisah Elsa justru menceritakan tentang perjalanan pencarian jati diri dan bagaimana menerima diri sendiri seutuhnya. Selama ini hanya ada karakter princess semata, namun Elsa hadir sebagai sosok ratu pertama. Tidak ada kisah romansa dalam kisah Elsa, yang hadir justru kisah haru hubungan kakak beradik yang akhirnya menyatu kembali.
Dengan sederet evolusi di atas, Disney Princess di era sekarang ini memberikan pesan bahwa wanita mampu untuk meraih mimpinya tanpa harus menunggu untuk diselamatkan. Berjiwa bebas dan berani menjadi ciri utama tokoh Disney Princess saat ini. Keberagaman pun mulai ditampilkan. Princess dari berbagai etnis seperti Tiana dan Jasmine sampai penampilan fisik realistis seperti Merida dengan rambut lebatnya dan Moana dengan tubuh berisinya.
Penokohan seperti ini sangat penting karena tokoh Disney Princess adalah panutan bagi anak-anak dan bisa membangun persepsi mereka tentang sosok wanita. Karakter Disney Princess sekarang lebih beragam dan tidak lagi mengikuti ciri khas princess klasik yang hanya menampilkan wanita berkulit putih. Sosok princess tidak lagi digambarkan sebagai karakter yang “helpless”, namun memilih untuk berdiri dan menjadi pahlawan dalam ceritanya sendiri. Upacara pernikahan ala kerajaan pun tidak lagi menjadi penutup cerita. Karena kisah happy ending tidak selalu diakhiri dengan pernikahan.
Lalu masih bisakah kita untuk tetap mengagumi Disney Princess ala klasik? Tentu saja ya! Bukan berarti princess era klasik Disney sepenuhnya buruk. Banyak hal yang bisa dipetik, contohnya dari kisah Cinderella. Ia adalah sosok yang kuat meskipun diperlakukan buruk oleh ibu dan saudara tirinya. Kehidupan yang ia jalani sangatlah berat namun ia tetap menjadi seorang wanita yang baik hati dan optimis untuk tetap bermimpi.
Pada akhirnya, yang paling penting adalah bagaimana representasi Disney Princess bisa mencerminkan wanita di dunia nyata dan bukan berarti memandang buruk sifat anggun dan feminim maupun fisik yang rupawan.
Penulis: Wa Ode Isyraq Asjad Hawwa
Referensi:
Bradley J. (2017, 12 Januari). “The Evolution Of The Disney Princess”. ,https://www.filminquiry.com/evolution-disney-princess/
“From Snow White to Moana: The Evolution of Disney Princesses”. (2021, 12 Agustus). ,https://www.stanforddaily.com/2021/08/12/the-evolution-of-disney-princesses/
Johnson, R. M. (2015). The evolution of Disney princesses and their effect on body image, gender roles, and the portrayal of love. Educational Specialist, 6.
The Take. (2017, 11 November). “Cinderella: Stop Blaming The Victim”. ,https://www.youtube.com/watch?v=huLSdm6IH0g
The Take. (2020, 10 September). “The Disney Princess Trope, Explained”. ,https://www.youtube.com/watch?v=LoTKv9WjzHY