Fakta atau Fantasi? Taliban Hanya Izinkan Perempuan Bersihkan WC

Sumber Gambar: Getty Images

Badan Intelijen Amerika Serikat memprediksi bahwa butuh beberapa minggu sebelum Taliban dapat mengambil alih pemerintahan Afghanistan. Namun realitanya menyatakan hanya membutuhkan hitungan hari. Siapakah Taliban ini? Taliban adalah organisasi yang memberontak kependudukan Uni Soviet pada Afghanistan. Lebih akrab dikenal dengan Mujahidin. Didirikan tahun 1994 dan berhasil mengambil alih Kabul pada 1996, misi mereka adalah menerapkan ajaran Islam Sunni ketat yang dianggap mengopresi kaum tertentu. Perempuan harus mengenakan penutup kepala hingga ujung kaki, tidak diizinkan untuk belajar atau bekerja dan bepergian sendiri. Televisi, musik, dan hari libur non-Islam juga dilarang.

Semua berubah setelah peristiwa 11 September 2001, ketika 19 orang membajak 4 pesawat komersial di Amerika Serikat. Serangan itu diatur oleh pemimpin Al-Qaeda, Osama bin Laden, yang beroperasi dari Afghanistan (saat itu dikuasai Taliban). Kurang dari sebulan setelah serangan tersebut, Amerika Serikat bersama sekutu menginvasi Afghanistan. Tujuannya untuk menghentikan Taliban dalam menyediakan tempat berlindung yang aman bagi Al-Qaeda. Selain itu juga untuk menghentikan Al-Qaeda menggunakan Afghanistan sebagai basis operasi kegiatan terorisme. Berkat invasi tersebut, Taliban lalu dipukul mundur dari kekuasaannya.

21 tahun setelah peristiwa tersebut, tepatnya pada bulan September 2021, Taliban kembali menguasai Afghanistan. Tidak tanggung-tanggung, sang Presiden Ashraf Ghani sampai minggat dari negara pimpinannya. Beberapa negara, termasuk Indonesia, berusaha memulangkan warga negaranya dari Afghanistan. Di tengah kontroversi yang membubung tinggi, Taliban berdalih bahwa mereka ingin menyebarkan ajaran Islam yang lebih modern. Mereka menebar janji bahwa perempuan memiliki hak untuk bekerja dan belajar sesuai dengan hukum Islam. Harapan yang dielukan oleh rakyat Afghanistan kemudian musnah setelah Kementerian Perempuan dihapus oleh Taliban. Pendidikan lanjutan lalu hanya diperuntukan untuk laki-laki.

Mirisnya, perempuan diwajibkan untuk tetap di rumah jika pekerjaan yang dilakukan bisa dilakukan oleh laki-laki. Yang diperbolehkan justru membersihkan WC umum perempuan. Hal ini kemudian mendorong aksi protes yang diinisiasi oleh Movement for Change Party, sebuah gerakan masyarakat sipil perempuan Afghanistan yang dipimpin oleh Fawzia Koofi. Dia adalah mantan anggota parlemen Afghanistan, negosiator perdamaian, dan aktivis hak-hak perempuan. Koofi menyatakan bahwa selama dan sebelum negosiasi, Taliban menjanjikan bahwa perempuan memiliki hak untuk bekerja dan belajar sesuai dengan hukum Islam. Namun sayangnya, apa yang terjadi di Afghanistan bertentangan dengan nilai-nilai Islam berikut janji yang dielukan sebelumnya.

“Kebijakan seharusnya ada untuk mengakomodasi kepentingan berbagai pihak, namun Taliban justru membuat kebijakan ‘berkedok’ syariat Islam yang merugikan perempuan.”

Protes lain juga diadakan untuk menuntut hak pendidikan bagi perempuan. Sekelompok kecil siswa sekolah menengah Afghanistan telah mengadakan protes di kota barat Herat untuk mengecam tindakan Taliban yang mencegah anak perempuan bersekolah. 13 orang siswi (usia 15-18 tahun), berkumpul di daerah perumahan di pinggiran Herat (kawasan yang tidak dikuasai Taliban) agar tidak menarik perhatian mereka. Beberapa jurnalis lokal yang diundang oleh gadis-gadis itu meliput rapat umum tersebut. Para pengunjuk rasa memegang spanduk yang berisikan tuntutan agar anak perempuan dapat kembali bersekolah. Di samping itu mereka juga mengatakan bahwa pelarangan tersebut akan membuat seluruh bangsa di masa depan tidak berpendidikan. Beberapa ibu bahkan menyatakan akan memakai burqa jika putri-putrinya diizinkan masuk sekolah.

Kebijakan seharusnya ada untuk mengakomodasi kepentingan berbagai pihak, namun Taliban justru membuat kebijakan ‘berkedok’ syariat Islam yang merugikan perempuan. Negara tidak akan maju jika tidak ada kesetaraan akses pada pendidikan dan pekerjaan. Mengeluarkan larangan untuk untuk mengenyam pendidikan tinggi dan menempatkan perempuan untuk membersihkan WC umum merupakan penghinaan bagi perempuan. Akankah Taliban mengubah pikiran untuk mengganti kebijakan opresif ini?

Referensi

Afghan High School Girls Protest Taliban for Barring Their Education”. (2021). ,https://www.trtworld.com/asia/afghan-high-school-girls-protest-taliban-for-barring-their-education-50087.

D’Souza, S. M. (2016). Taliban: The Rebels Who Aspire to be Rulers. Journal of Asian Security and International Affairs, 3(1), 20–40.

“Taliban Hanya Izinkan Perempuan Afghanistan Bersihkan WC”. (2021). CNN Indonesia. ,https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210920192750-113-696985/taliban-hanya-izinkan-perempuan-afghanistan-bersihkan-wc.

“Taliban Only Allow Afghan Women to Clean Toilets”. (2021). ,https://www.newsy-today.com/taliban-only-allow-afghan-women-to-clean-toilets/.

Taliban Only Allow Women Officials to Clean Toilets”. (2021). ,https://www.tellerreport.com/news/2021-09-19-taliban-only-allow-women-officials-to-clean-toilets.ByrfM_er7K.html.

Weigand, F. (2017). Afghanistan’s Taliban–Legitimate Jihadists or Coercive Extremists?. Journal of Intervention and Statebuilding, 11(3), 359-381.

Share this post:

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *