
Pengertian Father Hunger
Father Hunger adalah ketidakhadiran sosok ayah, baik secara fisik maupun secara psikologi dalam kehidupan anak. Father hunger juga dapat dikatakan sebagai fatherless merupakan kondisi seorang anak yang tumbuh tanpa ayah atau dengan keterlibatan ayah yang minimal dalam pengasuhan sehingga tidak ada kedekatan (bonding) antara ayah dan anak.
Pada dasarnya, ada 3 (tiga) kategori peran ideal seorang ayah antara lain, menyambung keturunan, mencari nafkah, dan peran seorang ayah yang terdiri dari loving, coaching, modelling (mencintai, melatih, dan menjadi model). Ketiga unsur dalam peran seorang ayah ini sangat penting dan saling berhubungan, namun jika diamati kini peran ini perlahan mulai tergantikan dengan adanya pengasuh pengganti dari luar keluarga inti. Jika seluruh peran ayah ini hilang, maka akan menyebabkan munculnya kondisi yang disebut father hunger atau fatherless.
Fenomena Father Hunger di Indonesia
Permasalahan father hunger sudah menjadi permasalahan internasional. Pasalnya father hunger terjadi di banyak negara dari berbagai belahan dunia yang meliputi Amerika, Swedia, Inggris, Kanada, Australia, Norwegia, Cuba, Trinidad dan Tobago, Kamerun, Afrika, Belanda, dan Finlandia. Berbagai dampak yang terjadi sebagai hasil dari father hunger tersebut adalah permasalahan psikologis dan keinginan untuk bunuh diri yang lebih tinggi terjadi pada remaja di Belanda. Sementara di Swedia, pendidikan akademis yang lemah terjadi pada anak-anak yang berasal dari ayah dan ibu yang tidak menikah. Di Finlandia, anak-anak yang berasal dari seorang ayah yang sedang memiliki perseteruan pernikahan, terlibat tindakan kriminal. Sedangkan di Australia anak-anak father hunger ini harus mengalami kehidupan dalam kemiskinan
Menurut Irwan dalam Bimbingan Teknis Pusat Pembelajaran Keluarga dengan Tema Peran Ayah pada tahun 2020, Indonesia berada dalam 10 besar negara dengan father hunger dalam pengasuhan terutama tidak adanya peran ayah karena hanya hadir secara fisik, namun tidak terlibat dalam urusan perkembangan anak. Sementara pada tahun 2021, Indonesia berada dalam urutan ketiga sebagai negara dengan tingkat father hunger tertinggi di dunia. Dengan kasus yang sama yaitu minimnya peran ayah dalam mendidik dan mengasuh anak. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan, mengingat pendidikan pertama anak adalah melalui kehadiran keluarga inti dalam kehidupannya.
Penyebab adanya Father Hunger
Tingginya tingkat father hunger atau fatherless di Indonesia ini dapat disebabkan oleh adanya stigma yang sudah melekat pada masyarakat Indonesia sejak lama yaitu peran ibu yang mendidik dan merawat anak, Ibu yang dianggap memiliki sisi feminim yang dapat dengan mudah membantu perkembangan, pematangan, dan pendewasaan emosi, serta mengasah empati serta menanamkan nilai kasih sayang pada anak. Dengan kata lain, ibu dianggap sebagai orang yang tepat untuk mendidik dan mengasuh anak. Sedangkan ayah yang memiliki sisi maskulin dianggap berkewajiban untuk mencari nafkah. Hal ini menyebabkan enggannya peran ganda yang terjadi pada keduanya. Penyebab lain dari father hunger atau fatherless adalah dapat akibat dari adanya perceraian atau ayah yang sudah meninggal, bahkan ini juga dapat terjadi ketika yang masih ada namun tidak berperan sama sekali dalam kehidupan anak.
Dampak Father Hunger
Kehadiran ayah memiliki dampak yang sangat besar dalam mengasuh anak. Anak yang diasuh biasanya memiliki rentan usia 7-14 tahun dan 8-15 tahun, disinilah kehadiran sosok ayah pada tahap perkembangan ini sangatlah dibutuhkan. Permasalahan dengan kesehatan pada anak, baik secara fisik maupun mental dapat muncul seiring dengan adanya father hunger. Kondisi father hunger dipercaya dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak yang meliputi karakter, rasa percaya diri, dan cara anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Tidak adanya peran penting ayah akan berdampak pada rendahnya harga diri (self-esteem) ketika ia dewasa, adanya perasaan marah (anger), rasa malu (shame) karena berbeda dengan anak-anak lain dan tidak dapat mengalami pengalaman kebersamaan dengan seorang ayah yang dirasakan anak-anak lainnya. Kehilangan peran ayah juga menyebabkan seorang anak akan merasakan kesepian (loneliness), kecemburuan (envy), dan kedukaan (grief), dan kehilangan (lost) yang amat sangat, yang disertai pula oleh rendahnya kontrol diri (self-control), inisiatif, keberanian mengambil resiko (risk-taking), dan psychology well being.
Selain itu father hunger pada anak-anak juga berdampak pada masalah dengan gangguan kecemasan, depresi, gangguan mood, penyalahgunaan obat-obatan, kenakalan serius terkait tindakan kriminal, hingga terlibat dengan aktivitas seksual dini.
Terhadap seks bebas anak perempuan
Salah satu dampak dari father hunger yang menjadi fokus permasalah terutama pada generasi sekarang ini adalah adanya aktivitas seksual dini. Father hunger menyebabkan anak-anak, terutama anak perempuan mencari sosok ayah pada laki-laki lain yang sebaya ataupun yang memiliki usia lebih tua dari mereka asalkan memenuhi kebutuhannya akan sosok seorang pelindung. Tentunya ini rentan membawa anak terjerumus pada pertemanan yang tidak sehat dan bahkan seks bebas. Anak perempuan akan terus mencari kenyamanan pada orang lain dengan berbagai macam cara.
Terutama sekarang ini dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat segala sesuatu tidak dapat dikontrol dengan mudah. Segala sesuatu dapat dengan mudah diakses oleh keberadaan internet dan tidak ada yang bisa membatasi itu jika bukan dari diri sendiri. Hal inilah yang dapat membuat anak perempuan dapat terjerumus dalam hal negatif. Pergaulan yang semakin luas jika tidak diimbangi dengan pemahaman diri, tentunya akan menjadi boomerang bagi anak yang berujung pada terjadinya seks bebas.
Referensi
Aisah Anastasia. (2023). Waspada! Indonesia Menyandang Peringkat ke-3 “Father Hunger – Fatherless Country”. Retrieved 9 March 2023 https://www.kompasiana.com/aisahanastasia/63ffe2094addee6e756ea9b2/indonesia-menyandang-peringkat-ke-3-fatherless-country-father-hunger-pentingnya-penerapan-paternal-investment-theory
Arie Rihardini Sundari, S. Psi, M.Si, dkk. Dampak Fatherless terhadap Perkembangan Psikologis Anak. Retrieved 9 March 2023 https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3973/A23.pdf
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. (2020). Perkuat Peran Ayah untuk Meningkatkan Kualitas Pengasuhan Anak. Retrieved 9 March 2023 https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/2860/perkuat-peran-ayah-untuk-meningkatkan-kualitas-pengasuhan-anak
Mutimatun Ni’ami. (2021). Fatherless dan Potensi Cyberporn pada Remaja. Retrieved 9 March 2023 http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/COLaS/article/view/1861
Penulis: Nurlita Santi
Editor: Desy Putri R.