
Sumber: www.britannica.com
Permasalahan mengenai perubahan iklim sudah sering kali kita dengar. Hingga saat ini, sudah banyak individu, lembaga, dan negara yang melakukan berbagai usaha untuk menghindari dampak yang lebih parah dari perubahan iklim.
Dikutip dari artikel United Nations Chronicle yang berjudul Women…In The Shadow of Climate Change, perempuan dipandang lebih rentan daripada laki-laki terhadap dampak perubahan iklim. Pernyataan tersebut didasari oleh alasan bahwa wanita memiliki akses serta kontrol yang terbatas terhadap barang dan jasa lingkungan dan diabaikan dalam pengambilan keputusan serta tidak dilibatkan dalam distribusi manfaat pengelolaan lingkungan. Sedangkan menurut UN Women dikutip dari VOA Indonesia, menjelaskan bahwa kepemimpinan perempuan dan anak-anak perempuan sangat penting untuk mensukseskan upaya dunia untuk mengatasi perubahan iklim.
Hal inilah yang dilakukan oleh salah satu remaja perempuan asal Swedia untuk ikut turut andil dalam mengatasi isu perubahan iklim.
Greta Thunberg dan #FridayForFuture
Greta Tintin Eleonora Ernman Thunberg atau biasa dikenal dengan Greta Thunberg, merupakan seorang aktivis remaja asal Swedia yang mengkampanyekan isu-isu lingkungan seperti pemanasan global dan perubahan iklim.
Aksinya diawali pada tahun 2018, ketika Thunberg melakukan “aksi mogok sekolah untuk iklim” sebagai bentuk protes kepada Pemerintah Swedia. Aksi ini didasari atas terjadinya gelombang panas dan kebakaran hutan di Swedia, padahal sebelumnya pemerintah telah setuju untuk mengurangi emisi karbon melalui Paris Agreement.

Siswa melakukan aksi #FridayForFuture di depan gedung US Capitol
Sumber: www.fridaysforfuture.org
Thunberg melakukan protesnya seorang diri di depan Parlemen Swedia dengan memegang papan yang bertuliskan Skolstrejk för klimatet (Pemogokan Sekolah untuk Iklim) yang dilakukannya setiap hari jumat pada jam sekolah. Aksi ini akhirnya menarik perhatian dunia, terutama pelajar. Hingga akhirnya pada Agustus 2018, lebih dari 20.000 siswa dari berbagai negara seperti Belgia, Kanada, Amerika, Britania Raya, Finlandia, Denmark, Prancis, dan Belanda melakukan aksi serupa yang saat ini lebih dikenal sebagai Friday For Future atau disebut juga sebagai School Strike for Climate.
Hingga saat ini aksi kecil yang dilakukan oleh Thunberg dengan nama #FridayForFuture masih menjadi inspirasi dan dikampanyekan setidaknya di 7.500 kota dari berbagai negara yang tidak hanya dilakukan oleh para pelajar. Thunberg pun saat ini masih aktif ikut serta dalam aksi-aksi yang dilakukan di berbagai kota dan negara. Bahkan di tahun 2019, Thunberg melakukan salah satu aksi terbesarnya di New York, Amerika Serikat. Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 4 juta orang ikut serta untuk mengkampanyekan isu perubahan iklim.

Greta Thunberg berbicara di COP24 Katowice, Polandia, tahun 2018
Sumber: freespeech.org
Dengan semakin dikenalnya melalui aksi #FridayForFuture, Thunberg juga diikut sertakan sebagai pembicara mewakili remaja pada forum yang lebih besar. Seperti pada tahun 2018 Thunberg berpidato di United Nations COP24. Pada tahun 2019 Thunberg aktif dalam kampanye iklim di World Economic Forum (WEF), pembicara di UN Climate Action Summit, konferensi European Economic and Social Committee (EESC), UN Climate Change Conference COP25 dan forum besar lainnya hingga saat ini.
Thunberg juga merupakan salah satu pemenang kompetensi penulisan artikel debat pada salah satu koran Swedia bernama Svenska Dagbladet tentang iklim untuk kaum muda pada tahun 2018. Selain itu Thunberg juga masuk ke dalam nominasi Nobel Peace Prize dan mendapat penghargaan sebagai Time Magazine’s Person of The Year sebagai 25 remaja paling berpengaruh di dunia pada tahun 2018.
Selain aksinya dalam mengkampanyekan isu lingkungan, Thunberg juga dinilai sebagai individu yang meningkatkan kesadaran tentang Asperger dan menginspirasi individu lain yang memiliki gangguan tersebut. Sindrom Asperger merupakan salah salah satu spektrum dalam Autism Spectrum Disorder (ASD) yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Thunberg menjelaskan bahwa Asperger menghambatnya dalam beberapa hal namun juga memberinya keuntungan.
,“I have Aspergers and that means I’m sometimes a bit different from the norm. And−given the right circumstances−being different is a superpower”
Become Your Own Greta Thunberg
Usia dan gender bukanlah penghalang bagi seseorang untuk melakukan perubahan. Kata itu mungkin cocok untuk disematkan Greta Thunberg. Terlepas dari gender dan usianya, Greta Thunberg membuktikan bahwa hal kecil yang dilakukannya dapat memberikan perubahan dan dampak yang besar. Seperti yang dikatakan oleh Greta Thunberg pada salah satu pidatonya di COP24.
,“You are never small to make a difference!”
Kita pun bisa menjadi Greta Thunberg dalam versi diri kita sendiri. Menjadi seorang perempuan bukan menjadi penghalang untuk kita ikut serta mengatasi masalah-masalah dan ikut serta melakukan perubahan. Berapapun usia kita juga bukan penghalang untuk mulai melakukan perubahan. Yang perlu kita lakukan yaitu dengan berani mulai mengambil tindakan.
Bagaimana caranya?
Membuat Perubahan Kecil dalam Diri
Apa yang dilakukan oleh Greta Thunberg yaitu mulai dari perubahan kecil dan diterapkan pada dirinya sendiri. Misalnya sebagai usaha mengatasi perubahan iklim, Thunberg meminimalkan jejak karbon yang dihasilkan oleh dirinya sendiri dengan cara menjadi seorang vegan. Beberapa produk hewani (contoh: daging sapi, domba, dan babi) menyumbang emisi karbon yang besar dibandingkan dengan sayuran. Karena proses penanaman, produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi sayuran tidak mengendarai kendaraan yang menghasilkan jejak karbon yang besar.
Kita pun bisa melakukan hal yang sama dengan mulai mengambil tindakan-tindakan kecil untuk diterapkan pada diri sendiri. Pada awalnya perubahan yang terjadi memang tidak terasa secara signifikan namun jika kita melakukannya secara terus menerus maka perubahan kecil itu akan memberikan perubahan yang semakin besar.
Berani Mengambil Tindakan untuk Lingkungan Sekitar secara Konsisten
Selain menerapkannya pada diri sendiri, sebagai usaha mengatasi perubahan iklim, Thunberg juga mengajak dan mengedukasi keluarganya untuk turut serta meminimalisasi jejak karbon yang dihasilkan. Hal yang dilakukan Thunberg yaitu mengajak orang tuanya menjadi seorang vegan dan melarang ibunya untuk menggunakan pesawat−menghasilkan jejak karbon yang besar−karena pada saat itu ibunya sering menggunakan pesawat untuk berpergian ke luar negeri. Selain itu keluarga Thunberg mengubah mobil yang digunakannya menjadi mobil listrik yang digunakan hanya ketika benar-benar butuh.
Aksi beraninya pada #FridayForFuture dengan berdiri di depan parlemen Swedia dan penerapan gaya hidupnya untuk meminimalisir jejak karbon yang dilakukan secara konsisten memberikan perubahan untuk lingkungan sekitar, khususnya di Swedia. Kita juga bisa melakukan hal yang sama, yakni dengan berani mengambil tindakan untuk lingkungan sekitar secara konsisten setelah kita terapkan pada diri sendiri. Hingga apa yang sudah kita lakukan nantinya akan memberikan efek domino dan dampak yang lebih besar serta meluas.
Mungkin kita tidak sepenuhnya bisa menjadi sama seperti Greta Thunberg. Namun kisahnya bisa menjadi inspirasi untuk kita menjadi seorang Greta Thunberg dalam versi diri kita sendiri. Greta Thunberg juga menginspirasi kita untuk berani mengambil tindakan ketika merasakan suatu keresahan yang memang perlu terdapat perubahan daripada diam saja. Karena umur, gender, kelas sosial, suku, negara, dan lainnya bukan menjadi penghalang bagi kita untuk ikut serta memberikan perubahan, sekecil apapun usaha yang dilakukan. Yang perlu diingat yaitu dengan yakin pada diri sendiri untuk terus berusaha dan berani mengambil tindakan secara konsisten sekecil apapun itu.
Penulis : Annisa Setyowati
Referensi
“Aktivis: Keadilan Iklim Harus Cakup Isu Feminisme dalam COP26”. (2021, 10 November). ,https://www.voaindonesia.com/a/aktivis-keadilan-iklim-harus-cakup-isu-feminisme-dalam-cop26/6307169.html
Elasha, B. O. (n.d). “Women…In The Shadow of Climate Change”. ,https://www.un.org/en/chronicle/article/womenin-shadow-climate-change
“Friday For Future: Who We Are”. (n.d.). ,https://fridaysforfuture.org/
“Greta Thunberg”. (2021, 1 Januari). ,https://www.britannica.com/biography/Greta-Thunberg
“Greta Thunberg Biography”. (2021, 10 Maret). ,https://www.biography.com/activist/greta-thunberg
Sasetyaningtyas, D. (2019, 29 Oktober). “Produksi Jejak Karbon dalam Makanan”. ,https://sustaination.id/nasib-bumi-ditentukan-dari-piringmu/