Involuntary Celibates, Fenomena Keresahan Seksual Laki-Laki Terhadap Perempuan

Sumber: https://www.freepik.com/free-vector/couple-conflicts-concept_8966870.htm#page=2&query=couple%20broke&position=24&from_view=search&track=ais

Belum banyak yang tahu bahwa ada salah satu gejala seks yang jarang sekali dibahas, tetapi memiliki dampak berbahaya bagi perempuan. Fenomena ini bernama Involuntary Celibates, yaitu fenomena keresahan seksual laki-laki terhadap perempuan atau bisa disebut juga sebagai perjaka terpaksa.

Incel atau Involuntary Celibates merupakan sebuah forum online yang didasarkan oleh perasaan sentimen kelompok misoginis dan supremasi kulit putih. Kelompok Incel berisi kaum laki-laki yang memiliki keresahan seksual yang mana mereka merasa marah karena tidak dapat meyakinkan perempuan untuk melakukan hubungan seks dengannya.

Pada kelompok Involuntary Celibates, laki-laki melampiaskan keresahan seksualnya terhadap perempuan di sebuah forum online. Awalnya, kelompok ini hanya mengumpulkan laki-laki dan perempuan yang merasakan kesepian, tetapi lama-kelamaan kelompok ini makin masif dengan berupaya untuk menggulingkan feminisme dan menyuarakan tindakan kekerasan, pemerkosaan, dan pelecehan seksual kepada perempuan. Mirisnya, banyak anggota laki-laki dari kelompok Involuntary Celibates adalah laki-laki dengan rentang usia yang masih muda atau bahkan remaja. Mereka memiliki keresahan seksual terhadap perempuan karena tidak bisa meyakinkan perempuan untuk berhubungan seks dengan mereka.

Laki-laki dari kelompok Incel ini merasa dirinya jelek, tidak sempurna, dan terus menerus menyalahkan diri sendiri atas penolakan yang mereka dapatkan guna meyakinkan perempuan untuk berhubungan seks dengannya. Keresahan yang mengarah pada depresi dan kecemasan sosial ini tidak berusaha diobati dengan terapi, melainkan malah dijadikan sebuah gaya hidup. Laki-laki kelompok Involuntary Celibates ini justru menyalahkan perempuan sebagai penyebab atas penderitaan yang mereka dapatkan. Atas dasar itulah akhirnya kelompok ini sering disebut sebagai hate group atau penyebar kebencian terhadap perempuan.

Menurut Joshua Roose, direktur Institut for Religion, Politics, dan Society dari Australian Catholic University, Incel memandang feminisme sebagai serangan terhadap laki-laki. Artinya, laki-laki dipandang sebagai korban yang status sosialnya dirampas oleh hak-hak perempuan. Padahal sebenarnya gerakan feminisme yang dilakukan oleh kaum perempuan bukan bertujuan untuk menjatuhkan atau merampas status sosial laki-laki. Gerakan tersebut dilakukan untuk menyuarakan kesetaraan gender bagi perempuan yang mana hingga saat ini segala aspek kehidupan masih dipengaruhi oleh budaya patriarki.

Mulanya, Incel adalah sebuah grup yang diinisiasi oleh seorang perempuan bernama “Alana”. Pada tahun 1997, Alana membuat situs sebagai support system untuk laki-laki dan perempuan yang merasa kesepian. Ia menamai grup tersebut bernama Incel. Dahulu, Incel bersifat inklusif. Artinya, laki-laki dan perempuan dapat berpartisipasi di grup tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu, grup Incel bermetamorfosis menjadi kelompok ekstrimis dan menjadi ancaman nyata bagi kaum perempuan.

Ideologi Incel berakar dari keyakinan bahwa perempuan memiliki kekuatan sangat besar dalam hubungan seksual atau romantis yang mana hal ini dapat merusak kehidupan seksual laki-laki dengan cara perempuan menolak ajakan untuk melakukan hubungan seks dengan laki-laki. Involuntary Celibates adalah ancaman nyata bagi kaum perempuan sebab fenomena ini telah melakukan banyak serangkaian serangan merugikan kepada perempuan dengan cara menyalahkan perempuan atas keresahan seksual yang dirasakan oleh laki-laki. 

Bagi kelompok Involuntary Celibates, laki-laki berhak atas seks dan perempuan bersalah karena tidak memenuhinya. Laki-laki yang memiliki keresahan seks ini merasa menjadi korban tatanan sosial yang tidak adil dan berakhir pada kesendirian. Maka dari itu, diskusi kelompok ini mengarah pada rasa sentimen dan kebencian terhadap diri sendiri, depresi, maskulinitas toksik, amarah, rasisme, dan seksisme. Padahal baik laki-laki maupun perempuan, keduanya sama-sama mempunyai hak atas keberlangsungan kehidupan seks mereka masing-masing. Bukan berarti laki-laki dengan kehendaknya bisa mengatur dan memaksa perempuan untuk memenuhi hasrat seksualnya begitu pun sebaliknya.

Adapun dikenal istilah “Stacy” dan “Chad” dalam Involuntary Celibates. Di mana “Stacy” digambarkan sebagai seorang perempuan menarik dan hanya mau berhubungan seksual dengan “Chad” yang digambarkan sebagai seorang laki-laki paling menarik dan menempati urutan teratas dalam hierarki incel. “Stacy” adalah sekumpulan perempuan yang didapatkan oleh “Chad”. “Chad” inilah yang diartikan sebagai laki-laki “terpilih” yang pernah berhubungan seks dengan perempuan.

Laki-laki anggota kelompok Involuntary Celibates ini menganggap dirinya sebagai kaum proletar yang dilemahkan oleh sistem sehingga mereka tidak mempunyai pasangan. Mereka merasa bahwa status lajangnya disebabkan oleh kondisi fisik yang buruk, memiliki kelainan, atau memiliki pengalaman trauma, misalnya korban bullying. 

Masalah yang muncul dari kelompok Incel ini bukan hanya tentang keresahan seksual laki-laki kepada perempuan, tetapi juga saat mereka menjadi misoginis. Artinya, mereka membenci perempuan lalu menyebarkan ancaman kepada perempuan yang bukan hanya berupa ucapan belaka, tetapi juga praktiknya.

Paham yang disebarkan oleh anggota komunitas incel sangat berbahaya. Mereka begitu radikal sampai berani melakukan tindakan pembunuhan massal. Kaum incel ini sangat aktif di dunia maya. Mereka berusaha saling menghasut  untuk melakukan tindakan kekerasan dan pemerkosaan terhadap perempuan. Parahnya lagi, Involuntary Celibates bisa saja berkembang menjadi sebuah teror bagi perempuan karena keresahan seksual yang dirasakan oleh laki-laki.

Dengan begitu parahnya ancaman yang mengintai perempuan dari Involuntary Celibates ini, menjadi alarm tersendiri bagi perempuan agar mampu menyikapi dengan bijak tentang kehidupan seksual. Perempuan bukan objek gairah seksual laki-laki yang harus dipenuhi dengan pemaksaan. Laki-laki dan perempuan berhak atas kehidupan seksualnya masing-masing.

Referensi:

https://journal.sociolla.com/lifestyle/mengenal-kaum-incel

https://tirto.id/incel-ketika-para-jomblo-as-jadi-misoginis-ekstremis-sayap-kanan-dnAB

https://e-journal.unair.ac.id/JGS/article/view/21449/15803

https://www.adl.org/resources/backgrounder/incels-involuntary-celibates

Penulis: Tanti Ariana

Editor: Desy Putri R.

Tags:

Share this post:

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *