Mare Sheehan: Sosok Perempuan Tangguh dalam Serial Terbatas Mare of East Town

Sumber: Rotten Tomatoes

“Does it get any easier?”

“No, but after a while you learn to live with the unacceptable. Find a way to live with it.” – Mare Sheehan.

Mare of Easttown bercerita tentang perjalanan hidup seorang detektif perempuan, Mare Sheehan, di sebuah kota kecil bernama East Town. Kota yang selalu terlihat sendu dan diselimuti awan mendung ini menyimpan banyak tragedi di dalamnya, seperti menghilangnya Katie Bailey selama satu tahun tanpa berhasil ditemukan, kasus kriminal obat-obatan terlarang, serta pembunuhan seorang remaja sekaligus ibu tunggal, Erin McMenamin, yang menjadi fokus konflik dan permasalahan dalam serial ini.

Diperankan dengan akting yang menakjubkan oleh Kate Winslet, Mare adalah sosok perempuan tangguh dengan berbagai macam peran yang melekat pada dirinya. Ia adalah seorang detektif bagi penduduk East Town serta seorang ibu bagi satu-satunya anak. Dengan berbagai macam peran yang ia miliki, karakter Mare digambarkan dengan sangat kompleks.

Walaupun kuat dan tangguh, Mare tidak digambarkan sebagai sosok perempuan yang sempurna ataupun seperti malaikat yang bebas dari kesalahan. Ia berkali-kali membuat kekacauan, tidak jarang egois dan sangat frontal dalam bertutur kata. Hal ini terlihat ketika dia menyabotase usaha, Carrie, ibu dari cucu Mare, Drew, saat ingin memperjuangkan hak asuh Drew. Mare tidak rela jika Carrie mendapatkan hak asuh Drew dan berusaha menggagalkan rencana tersebut dengan meletakkan obat-obatan terlarang di mobil Carrie. Sebelum masuk rehabilitasi, Carrie adalah pecandu narkoba. Jelas, penemuan ini akan merusak upaya Carrie untuk mendapatkan hak asuh atas Drew. Akan tetapi, perbuatan Mare menjadi bumerang bagi dirinya sendiri dan ia diskors oleh kepolisian di tempat ia bekerja yang menyebabkan ia tidak dapat menangani kasus pembunuhan Erin McMenamin untuk sementara waktu.

Selain itu, Mare memiliki trauma besar dalam hidupnya. Beberapa tahun yang lalu, anak laki-lakinya, Kevin, bunuh diri di loteng rumahnya. Peristiwa ini meninggalkan luka trauma yang mendalam untuk Mare. Mare terus membenamkan dirinya dalam pekerjaannya sebagai seorang detektif untuk menghindari perasaan negatif yang muncul saat mengingat peristiwa tersebut. Ia tidak pernah mau membicarakan masalah ini dengan anak perempuannya, Siobhan. Ia juga menolak percakapan mengenai kematian Kevin dengan mantan suaminya, Frank. Mare terus menyalahkan dan tidak bisa memaafkan dirinya atas kematian Kevin dan itu jelas berdampak buruk bagi dirinya dan keluarganya. Ia pun akhirnya mau untuk menjalani konseling dengan seorang grief therapist untuk mengatasi rasa duka akibat kehilangan anaknya. Seakan tidak cukup dengan beratnya trauma dari kematian anaknya, pada episode pertengahan seri ini, terungkap pula bahwa ayah Mare juga mengakhiri hidupnya sendiri saat Mare masih kecil. Mare merasa terpukul karena ia dekat dengan ayahnya.

Dampak negatif dari selalu mengubur traumanya sendiri tanpa pernah mau menghadapinya ialah kecenderungan Mare untuk mendorong orang-orang di sekitarnya agar menjauh dari hidupnya. Ketika Mare didekati oleh Richard, seorang penulis dan warga baru di East Town, Mare berkali-kali mengatakan bahwa ia tidak bisa menjalin hubungan yang serius karena kehidupannya yang rumit, termasuk pekerjaannya dalam mencari pelaku pembunuhan Erin McMenamin dan konflik trauma yang ia hadapi dengan dirinya sendiri. Ketika Mare diskors, Detektif Colin Zabel, partner kerjanya, juga berusaha menjalin hubungan dengan Mare dan mengajaknya berkencan. Namun, Mare malah menyalah gunakan kesempatan tersebut untuk terus bisa menginvestigasi kasus Erin McMenamin, sehingga Zabel merasa kecewa dengan sikap Mare. Dalam percakapan yang hangat antara Mare dengan tetangga sekaligus teman baiknya, Lori, ia mengatakan bahwa Mare selalu menciptakan tembok dan mendorong orang-orang terdekatnya untuk menjauh. Namun, Lori meyakinkan Mare bahwa ia tidak akan membiarkan Mare melakukan hal tersebut kepadanya, ia akan selalu berada di sisi Mare.

Mare yang jauh dari sempurna dan juga rapuh membuat karakternya menjadi sangat manusiawi dan relatable. Akan tetapi, bukan berarti kehidupan Mare yang penuh trauma hanya menyisakan dampak buruk. Pada saat penonton dibuat mengerti akan betapa berat tragedi hidup yang dialami Mare serta situasi di mana akan sangat beralasan apabila Mare berhenti sejenak dan meratapi nasibnya, dia tidak pernah sekalipun duduk dan mengasihani dirinya sendiri. Sebaliknya, pengalaman pahit itu membuat Mare tumbuh dengan rasa belas kasihan dan empati yang sangat tinggi. Ia sigap mengunjungi rumah pasangan suami istri tua, tetangganya, yang selalu meneleponnya di pagi hari untuk mengatasi masalah-masalah sepele bagi seorang detektif seperti Mare. Ia memastikan seorang polisi muda yang ketakutan ketika melihat darah saat bertugas baik-baik saja tanpa menghakiminya. Mare memahami dengan tulus betapa hancurnya Lori dalam menghadapi masalah keluarganya. Pada episode terakhir, Mare memeluk Lori dan mengatakan bahwa dia, “Ada di sini.” untuk Lori. Mare selalu melihat luka dan rasa sakit yang ada pada orang-orang di sekitarnya dan dari situlah ia berangkat untuk bertindak dengan tulus dan berempati.

Dengan hanya tujuh episode, Mare of Easttown adalah sebuah serial terbatas yang menonjolkan kekuatan perempuan. Perempuan bisa menjadi apa saja yang mereka mau. Mare melunturkan stereotip gender dari perannya sebagai detektif yang hebat, melindungi warga East Town dan teliti dalam memecahkan sebuah kasus. Ia bekerja di ranah karir yang mayoritas pekerjanya adalah laki-laki. Di sisi lain, ia juga berperan sebagai seorang ibu dan nenek ketika ia telah menginjakkan kaki di rumah. Perempuan-perempuan lain yang diceritakan dalam serial ini juga membuktikan bahwa perempuan adalah jantung hati East Town. Mereka berkontribusi banyak untuk ketenteraman kehidupan di East Town dengan saling mendukung satu sama lain meskipun masing-masing dari mereka harus menanggung rasa sakit yang besar.

Referensi:

Bagchi, T. (2021). ‘Mare of Easttown’ Is All About Women Standing Up for Each Other. The Quint World. https://www.thequint.com/entertainment/hot-on-web/mare-of-easttown-is-all-about-women-standing-up-for-each-other. Diakses 5 Juli 2023. 

Mello, D. (2021). The 10 Best Characters from Mare of Easttown. Screen Rant. https://screenrant.com/mare-of-easttown-best-characters/#carrie. Diakses 6 Juli 2023.

Swinson, B. (2021). “Mare’s Conflict Weighs Every Action” Brad Ingerlsby on ‘Mare of Easttown’. Creative screenwriting. https://www.creativescreenwriting.com/mares-conflict-weighs-every-action-brad-ingelsby-on-mare-of-easttown/. Diakses 6 Juli 2023.

Penulis: Ahiko A

Editor: Desy Putri


Share this post:

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *