“ME” vs. Standar Kecantikan: Narasi Body Positivity dalam Film Imperfect, Girls Trip, Tall Girl dan I Feel Pretty

Oleh : Zerah Reelaya Waang

Editor: Laras Adinda N.

sumber: Grid.ID

“Good Looking”, pernah dengar istilah ini? Kemungkinan besar setiap kita pernah mendengarnya, apalagi kalangan Gen Z yang rasanya lekat dengan berbagai istilah gaul. Istilah good looking jika dijelaskan bisa merujuk kepada orang-orang yang dianggap cantik dan ganteng sebab “memenuhi” standar tertentu dalam masyarakat seperti berkulit putih, punya rambut hitam dan lurus, tubuh semampai alias kurus tinggi dan langsing, punya six pack abs, dan seterusnya. Orang-orang bahkan juga merasa bahwa ada privilege tersendiri bagi mereka yang dianggap “good looking”. Hal ini berarti ada standar yang terbentuk dalam suatu masyarakat, ditampilkan melalui kualitas-kualitas tertentu. Sekilas mungkin tampak biasa saja dan bukan suatu hal yang perlu dikhawatirkan, namun bagaimana dengan kualitas-kualitas lain yang “tidak sesuai” dengan standar tersebut? Ini yang menjadi persoalannya, sebab kenyataannya warna kulit bukan hanya satu, bentuk tubuh pun beragam, jenis rambut setiap orang juga berbeda-beda. 

Lalu, apakah yang berbeda ini tidak layak disebut “good looking” hanya karena tidak termasuk dalam standar masyarakat tersebut? Saat pengelompokan itu dilakukan, bukankah secara tidak langsung ada yang tersisihkan? Padahal, esensi diri tiap orang tidak dapat ditentukan berdasarkan satu ukuran. Isu seperti itulah yang digaungkan dalam beberapa film yang akan dibahas dalam tulisan ini. Kisah tentang tokoh-tokoh yang menemukan jati diri dan daya untuk self love dalam perjuangan mereka membentuk pandangan yang lebih positif tentang diri atau dikenal juga dengan gerakan body positivity.

Apa itu Body Positivity?

Dari hasil tulisan kelompok Psikologi dan Manajemen Talenta Indonesia menjelaskan bahwa body positivity merupakan gerakan untuk mencintai dan menerima diri sendiri yang ditujukan untuk mengupayakan rasa penerimaan pada seluruh jenis tubuh dengan menyoroti fungsi dan kesehatan tubuh sehingga tidak hanya berfokus pada apa yang tampak secara fisik terutama yang berkaitan dengan standar di masyarakat seperti kecantikan dan lainnya. Meski begitu, body positivity kerap disalahpahami sebagai gerakan yang ditujukan kepada orang-orang dengan tubuh yang lebih gemuk, sangat kurus, atau hanya sebatas pada perempuan dengan tingkat kepercayaan diri yang rendah, padahal gerakan ini berlaku untuk semua orang agar lebih memiliki empati dan penerimaan bagi berbagai macam bentuk dan kualitas diri. Tidak hanya itu, body positivity juga kerap disalahpahami sebagai gerakan yang membuat orang-orang melanggengkan pola hidup tidak sehat sebab dianggap cenderung mengajak orang untuk menerima diri apa adanya. Padahal, body positivity mengajak setiap orang untuk menerima diri apa adanya dengan terus meningkatkan rasa cinta terhadap diri, memperhatikan kesehatan mental juga kesehatan fisik dirinya. Oleh karena itu, body positivity bukanlah tindakan ekstrem yang egois atau “lupa diri” melainkan gerakan yang menekankan pentingnya penerimaan dan cinta terhadap diri dengan terus berupaya meningkatkan kualitas yang dimiliki.

Dari Imperfect hingga I Feel Pretty : Narasi tentang Body Positivity

“Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan”

Film Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan adalah salah satu film Indonesia yang tayang pada tahun 2019 hingga awal tahun 2020. Film ini diangkat dari novel karya Meira Anastasia berjudul Imperfect: A Journey to Self-Acceptance dan langsung mendapat perhatian karena mengusung isu seputar body positivity, self love, dan penerimaan diri. Alur film dimulai dengan tokoh bernama Rara yang terlahir dari seorang model sukses di era 90-an. Rara memiliki tubuh yang gendut dan kulit berwarna legam, sama sekali berbeda dengan sang adik, Lulu, yang memiliki kulit putih mulus, rambut lurus dan tubuh langsing. Rara diceritakan sebagai tokoh dengan hati yang amat baik, ia mengajari anak-anak jalanan, dan bekerja dengan giat. Meski begitu, Rara kerap mengalami diskriminasi oleh karena tubuhnya yang gendut dan berbeda dari standar kecantikan yang berlaku di masyarakat. Apalagi, Rara diceritakan bekerja di bidang kosmetik di mana penampilan sangat diutamakan, alhasil Rara justru kerap mengalami body shaming. Singkat cerita, Rara bertemu dengan seorang laki-laki bernama Dika. Keduanya saling mengenal dan memiliki perasaan satu sama lain, bahkan Dika menyukai Rara sebagaimana dirinya. Suatu ketika, Rara mendapatkan kesempatan untuk menjadi manajer perusahaan tempatnya bekerja dengan syarat ia harus mengubah penampilannya. Rara berhasil mengubah penampilan menjadi seorang perempuan cantik dengan tubuh langsing dan rambut lurus. Sayangnya, perubahan itu juga terjadi pada sikap Rara terhadap teman-teman dan kekasihnya. Rara seakan terobsesi menjadi “sempurna”, Rara menjalani pola hidup baru termasuk diet yang hingga membuatnya dibawa ke rumah sakit sebab mengalami tekanan darah rendah dan kekurangan karbohidrat. Pada akhirnya, Rara merasa bahwa ia tidak bahagia sekalipun hidupnya berubah dan seolah menjadi “sempurna”. Ia memperbaiki relasinya dengan orang-orang terdekatnya dan menemukan apa yang paling berharga untuk dirinya, bahwa timbangan hanya menunjukkan angka dan bukan nilai, bahwa menjadi “cantik” belum tentu bahagia, justru setiap orang adalah cantik saat ia mampu mengubah rasa insecure menjadi bersyukur!

“Girls Trip”

Film ini berkisah tentang empat orang sahabat yakni Ryan Pierce, Sasha Franklin, Lisa Cooper dan Dina yang berjumpa kembali setelah berpisah bertahun-tahun dan hendak melakukan perjalanan liburan bersama. Keempatnya tergabung dalam geng bernama Flossy Posse, dan mereka sudah mencapai fase menjalani kehidupan masing-masing. Ryan sang ketua geng menjalani kehidupannya dengan tawaran pekerjaan, lalu Sasha seorang mantan jurnalis yang kini mengelola situs gosip, Lisa Cooper yang merupakan seorang perawat sekaligus seorang ibu tunggal, dan Dina yang baru saja dipecat sebab melukai rekan kerjannya. Kisah mereka dimulai kembali saat Ryan Pierce mendapatkan tawaran menjadi pemandu acara Festival Music Essecnce di New Orleans, AS. Ryan mengundang ketiga sahabatnya untuk hadir sekaligus berlibur bersama sebab mereka jarang menghabiskan waktu untuk berkumpul terutama setelah menjalani hidup dengan dunia masing-masing. Keempat orang sahabat tersebut kemudian melakukan girls trip bersama ke New Orleans. Dalam perjalanan itu, muncul kembali sisi-sisi liar ala gadis muda yang menikmati hidup dan menghabiskan waktu dengan menari serta minum. Girls trip tersebut kemudian mengalami konflik yang melibatkan Ryan dan Sasha. Konflik inilah yang menguji seberapa kuat persahabatan mereka. Keempat tokoh perempuan ini mengajarkan tentang persahabatan, rasa percaya diri, bangga terhadap bentuk tubuh dan penampilan, serta keunikan masing-masing tokoh yang tentu menolong kita untuk menyadari keunikan diri masing-masing.

“Tall Girl”

Film yang satu ini menceritakan tentang seorang gadis remaja bernama Jodi yang tengah menjalani tahun-tahun di senior school atau setara dengan SMA. Jodi merupakan seorang gadis yang memiliki tinggi di atas rata-rata gadis seusianya sehingga kerap dipandang berbeda. Tidak sedikit dari anak sekolah lainnya yang mengejek Jodi dengan pertanyaan, “bagaimana cuaca dari atas sana?” untuk mengontraskan perbedaan tinggi Jodi dengan anak-anak sekolah lainnya. Film ini menampilkan kesulitan seorang remaja yang menghadapi body shaming hingga menciptakan body image yang negatif dengan tingkat kepercayaan diri yang rendah. Jodi sering kali mengabaikan orang-orang yang mengejeknya sebab ia memiliki kepercayaan diri yang rendah dan tidak tahu harus berbuat apa. Ia dibuat kebingungan dengan situasinya, sebab di satu sisi ia merasakan diskriminasi dan kesulitan menjalani hari-harinya dengan tubuh tingginya, di sisi lain ia disudutkan dengan pernyataan-pernyataan yang tidak mem-validasi kesulitannya malahan dibandingkan dengan kesulitan orang lain. Suatu ketika, sekolah Jodi kedatangan murid pindahan dari Swedia. Seorang laki-laki dengan tinggi melampaui Jodi, sehingga Jodi merasa nyaman untuk berada di sekitar murid baru. Keduanya terlibat dalam kisah cinta remaja disertai berbagai konflik yang membawa Jodi sampai pada titik di mana ia menyadari siapa saja yang menyayanginya dengan tulus dan membantunya mencintai diri termasuk tinggi badannya.

“I Feel Pretty”

Film yang terakhir ialah I Feel Pretty yang menceritakan tentang seorang perempuan bernama Renee Bennett. Renee dikisahkan sebagai seorang perempuan yang dianggap tidak memenuhi standar kecantikan masyarakat oleh karena memiliki tubuh yang gendut. Body shaming dan diskriminasi yang ia rasakan membuatnya memiliki rasa percaya diri atau self esteem yang rendah. Ia amat sangat ingin bekerja di perusahaan kosmetik, namun tidak berani mendaftar sebab syarat yang diutamankan berhubungan dengan “kecantikan”. Singkat cerita, Renee mengalami insiden kecelakaan di mana kepalanya terbentur dan membuatnya memiliki pola pikir yang sama sekali berbeda dengan sebelumnya. Renee terbangun sebagai seorang perempuan yang merasa bahwa dirinya cantik, termasuk dengan tubuhnya yang disebut gendut. Insiden itu mengubah pola pikir Renee menjadi baru dengan bentuk tubuh yang lama. Renee kemudian mendaftar untuk pekerjaan yang ia inginkan, ia mendapat pujian dan menjalin hubungan asmara. Namun, suatu waktu Renee kembali mengalami insiden yang membuat kepalanya terbentur. Ia bangun dengan pola pikir yang lama, sehingga membuatnya kembali merasa rendah diri dan melarikan diri. Meski sempat terjadi konflik, Renee akhirnya dapat menerima dan mencintai dirinya.

Body Positivity: Menerima Diri, Mencintai Diri

Tokoh-tokoh dalam film di atas adalah representasi kisah perempuan dan masyarakat di tengah standar-standar tertentu seperti kecantikan dan sebagainya. Setiap tokoh menunjukkan betapa pentingnya body positivity dan kesadaran akan beragamnya manusia. Selayaknya tokoh-tokoh dalam film di atas, kita pun harus membentuk pandangan yang baik tentang diri dengan terus berusaha mengembangkan diri menjadi versi terbaik, bukan dari orang lain, bukan dari standar yang ada di masyarakat, melainkan menjadi versi terbaik dari diri sendiri.

Referensi

Ernest Prakasa, M. A. (Director). (2019). Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan [Motion Picture].

Harun, M. R. (n.d.). Peranan Body Positivity Bagi Kesehatan Secara Fisik Maupun Psikis, serta Korelasinya dengan Body Image, Self Love, dan Pencegahan Peningkatan Kasus Bunuh Diri. Retrieved Juli 21, 2022, from Talenta Indonesia: https://talentaindonesia.id/boposi-perananbodypositivitybagikesehatansecarafisikmaupunpsikis-sertakorelasinyadenganbodyimageselflovedanpencegahan-peningkatankasusbunuhdiri/

Lee, M. D. (Director). (2017). Girls Trip [Motion Picture].

Marc Silverstein, A. K. (Director). (2018). I Feel Pretty [Motion Picture].

Stewart, N. (Director). (2019). Tall Girl [Motion Picture].

Tags:

Share this post:

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *