
https://www.freepik.com/free-photo/young-activists-taking-action_29013194.htm#query=stop%20harresment&position=35&from_view=search&track=ais
Pelecehan seksual sebagai bahan lelucon di lingkungan pertemanan adalah salah satu bentuk pelecehan seksual yang sering terjadi dan tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari masyarakat. Tindakan ini seringkali dianggap sebagai hal yang biasa atau bahkan menjadi bagian dari norma dalam lingkungan pertemanan. Namun, tindakan pelecehan seksual sebagai bahan lelucon dapat berdampak buruk bagi korban dan menghasilkan lingkungan yang tidak aman dan tidak adil. Di Indonesia sendiri menjadikan pelecehan seksual sebagai bahan lelucon dianggap sesuatu hal yang biasa meskipun hal tersebut dapat berakibat buruk bagi korban sebagai objek lelucon, karena akan menimbulkan rasa ketidaknyamanan dan menciptakan lingkungan yang menormalisasikan pelecehan seksual.
Menurut Hlavka dan Sarich (2016), pelecehan seksual sebagai bahan lelucon dalam lingkungan pertemanan dapat memperburuk ketidakadilan gender dan merusak hubungan antarmanusia. Hal ini terjadi karena tindakan ini cenderung dianggap sebagai kebiasaan yang harus diterima atau sebagai cara untuk menunjukkan ketidakpuasan atau ketidaksetujuan dengan norma-norma gender. Tindakan pelecehan seksual sebagai bahan lelucon dapat memicu terjadinya tindakan serupa di masa depan dan memperkuat norma-norma gender yang tidak adil. Penelitian oleh Gavey (2017) menunjukkan bahwa bahasa dan cara berbicara yang digunakan dalam lingkungan yang ramah dapat memicu tindakan pelecehan seksual sebagai bahan lelucon. Hal tersebut dapat terjadi ketika seseorang terlalu terbuka pada orang lain yang dianggap akan ramah seperti di lingkungannya, padahal setiap orang dan tempat memiliki kebiasaan yang berbeda.
Dalam penelitiannya, ia menunjukkan bahwa tindakan pelecehan seksual sebagai bahan lelucon dapat diperkuat oleh tindakan-tindakan lain seperti ejekan dan tekanan dari rekan-rekan sebaya. Oleh karena itu, mengubah bahasa dan cara berbicara yang mengandung unsur pelecehan seksual dapat membantu mengubah pandangan masyarakat terhadap tindakan ini. Selain itu, penelitian oleh Gavey (2017) juga menunjukkan bahwa keberhasilan untuk menghentikan tindakan pelecehan seksual sebagai bahan lelucon membutuhkan dukungan kolektif dari semua pihak. Dalam lingkungan pertemanan, individu dapat mempengaruhi satu sama lain untuk mengubah pandangan mereka tentang tindakan pelecehan seksual sebagai bahan lelucon. Pendekatan yang terarah dan terstruktur, seperti pendidikan dan pengajaran yang tepat, pembentukan kelompok-kelompok yang peduli, dan dukungan terhadap gerakan-gerakan sosial, sangat diperlukan untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap tindakan ini.
Menurut penelitian oleh Casey et al. (2017), pendekatan pencegahan yang terarah dan terstruktur dalam menghentikan tindakan pelecehan seksual sebagai bahan lelucon dapat berdampak positif pada lingkungan pertemanan. Studi ini menunjukkan bahwa pendekatan yang berfokus pada meningkatkan kesadaran kolektif, mengubah sikap individu, dan meningkatkan keterampilan untuk menangani tindakan pelecehan seksual dapat mengurangi prevalensi pelecehan seksual dalam lingkungan pertemanan. Pendekatan ini dapat diimplementasikan dalam program-program pendidikan dan kampanye-kampanye sosial.
Dari penelitian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tindakan pelecehan seksual sebagai bahan lelucon dapat memperburuk ketidakadilan gender dan merusak hubungan antarmanusia. Tindakan ini dapat diperkuat oleh bahasa dan cara berbicara yang digunakan dalam lingkungan pertemanan serta tekanan dari rekan-rekan sebaya. Oleh karena itu, diperlukan upaya dari semua pihak untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap tindakan pelecehan seksual sebagai bahan lelucon dengan pendekatan yang terarah dan terstruktur. Program-program pendidikan dan kampanye-kampanye sosial dapat diimplementasikan untuk meningkatkan kesadaran kolektif, mengubah sikap individu, dan meningkatkan keterampilan untuk menangani tindakan pelecehan seksual. Dengan demikian, diharapkan dapat mengurangi prevalensi pelecehan seksual dalam lingkungan pertemanan dan membangun lingkungan yang aman dan adil bagi semua orang.
Referensi Artikel:
Casey, E., Lindhorst, T., & Storer, H. (2017). “That’s not funny”: A qualitative exploration of discourses surrounding the prevention of sexual violence in a sample of male college students. Journal of Interpersonal Violence, 32(15), 2301-2321. doi: 10.1177/0886260515598199
Gavey, N. (2017). Just Joking? Gender-based Humour and Sexualised Conduct among Young People. Sex Education, 17(6), 678-690. doi: 10.1080/14681811.2017.1308376
Hlavka, H. R., & Sarich, E. A. (2016). The Normalization of Sexual Violence in Young Adults’ Romantic and Sexual Relationships. Journal of Feminist Scholarship, 10, 1-21.
Penulis: Asti Sundari
Editor: Desy Putri R.