Pernahkah WEI Fellas merasa malu saat membeli pembalut di toserba, tetapi ada laki-laki seumuran WEI Fellas di sekitar yang sedang melihat barang lain? Ditambah lagi, kala itu kasir toserba tersebut adalah seorang laki-laki? Kejadian seperti ini cukup sering dialami perempuan, walaupun tidak diutarakan secara eksplisit. Namun, apakah hal tersebut wajar diartikan sebagai hal yang memalukan untuk disaksikan oleh orang lain?
Menstruasi adalah suatu periode bulanan dimana seorang wanita akan mengalami peluruhan rahim karena tidak dibuahi oleh sperma. Kejadian ini akan muncul ditandai dengan gejala-gejala, baik gejala fisik maupun emosional, yang selanjutnya dikenal dengan nama PMS (Premenstrual syndrome). Gejala PMS pun berbeda pada setiap perempuan. Ada yang ditandai dengan tingkat emosional yang tinggi, tumbuh jerawat di wajah, sakit pada bagian pinggang, dan masih banyak lagi. Biasanya, PMS akan timbul pada dua hingga satu minggu menjelang menstruasi.
Ketika menstruasi datang, tidak dapat dipungkiri, banyak wanita yang memilih untuk menghindari pakaian berwarna cerah. Dengan alasan sederhana untuk menghindari terjadinya kebocoran atau noda darah tidak tertampung pembalut. Kemudian, para perempuan juga memilih untuk mengurangi aktivitas yang berat. Selain karena rasa sakit yang timbul, para perempuan juga khawatir tingkat kebocoran akan meningkat hingga 100% jika mereka terus bergerak sepanjang waktu.
Menstruasi adalah periode perempuan mengeluarkan darah akibat peluruhan. Darah, seperti yang diketahui, cukup menimbulkan bau. Terkadang, cukup banyak perempuan yang jauh lebih perhatian dengan wangi tubuhnya ketika menstruasi datang. Hal ini dilakukan untuk tetap menimbulkan kenyamanan di tempat ia pijak. Walaupun sebenarnya, bau darah akibat menstruasi akan tercium oleh orang lain memiliki kemungkinan yang cukup kecil. Namun, mengapa kita sangat khawatir dengan hal-hal tersebut?
Beberapa perempuan, menandakan menstruasi sebagai tolak ukur kehamilan. Bagi pasangan yang sudah menikah, telat menstruasi adalah hal yang paling membahagiakan karena hal tersebut menandakan seorang perempuan tengah berbadan dua. Namun, bagi pasangan yang belum menikah, tetapi pernah melakukan sex, maka hal tersebut adalah penanda bencana. Seolah-olah seharusnya hal itu tidak terjadi.
Menstruasi merupakan aspek yang penting dalam menjaga populasi dunia. Bayangkan jika hanya satu dari sepuluh perempuan di dunia yang mengalami menstruasi. Ketidakseimbangan akan terjadi. Bumi pun akan mengalami kemunduran atau pada titik parahnya, hilang.
Selain menjadi penanda kehamilan perempuan, telat menstruasi juga dapat menyebabkan seorang perempuan memiliki kemungkinan penyakit yang cukup serius. Beberapa diantaranya adalah gangguan tiroid, Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS), ketidakseimbangan hormon, amenorrhea, stress, kanker rahim, obesitas, penyakit kronis, celiac, hingga kista.
Berdasarkan apa yang sudah dipaparkan di atas, bagaimana WEI Fellas, apakah seorang perempuan harus merasa tabu terkait menstruasi? Cukup banyak bukti terlampir terkait pentingnya menstruasi dalam hidup seorang perempuan, bahkan dalam menjaga keseimbangan populasi dunia.
Mengapa kita sangat khawatir terhadap pemikiran orang lain terhadap situasi menstruasi? Bukankah hal tersebut adalah hal yang wajar? Bukan seperti kita melakukan kejahatan, seperti penculikan, pemerkosaan, dan lainnya. Lantas, mengapa kita harus merasa malu?
Perlu diperhatikan, bahwa bukan hanya perempuan yang harus sadar terkait pentingnya menstruasi. Namun, juga dengan para laki-laki. Karena baik laki-laki maupun perempuan, kita memiliki hak yang sama. Hak untuk didengar dan dihormati. Tidak ada derajat yang lebih tinggi ataupun lebih rendah. Jika ingin mencapai keseimbangan hidup, perlu untuk menjunjung tinggi hal tersebut. Salah satunya, dengan mencoba untuk menghargai sekitar.
Referensi:
Fadli, Rizal. 2022. Hati-Hati, Telat Datang Bulan Bisa Menandai 10 Penyakit Ini. Halodoc. Diakses pada 08 Februari 2023, melalui https://www.halodoc.com/artikel/hati-hati-telat-datang-bulan-bisa-menandai-10-penyakit-ini
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Desy Putri R.