Perhatian……..! Sudah Bukan Masanya Wanita Selalu Diatur Sedemikian Rupa!

Kata “wanita” berasal dari bahasa Jawa kuno yang merupakan akronim dari wani ditata (berani untuk diatur). Hingga saat ini, sangat disayangkan bahwa masih banyak individu yang memaknai frasa tersebut secara mentah. Yakni wanita hendaknya mau untuk diatur, tunduk pada sistem yang telah dibuat. Selain wani ditata, masih terdapat frasa lainnya yakni dhapur, pupur, lan kasur (dapur, bedak, dan kasur). Maknanya yakni hidup wanita tidak jauh-jauh dari urusan memasak, merias diri, dan melayani suami. Bagaimana? Sungguh memuakkan bukan?

Memang sungguh miris rasanya. Di zaman yang serba modern seperti saat ini, ternyata masih ada saja yang menganggap bahwa wanita itu harus diatur. Ada yang ingin melanjutkan pendidikan namun diminta untuk menikah oleh orang tua. Ada yang ingin berkarir namun diminta untuk di rumah saja oleh suami tercinta. Ada yang sudah merasa cukup beranak satu namun diminta untuk terus melahirkan. Dan yang sedang marak akhir-akhir ini, ada yang tidak merasa perlu untuk memiliki anak namun justru dipandang ingin menyalahi kodrat dari Sang Pencipta.

Perhatian…….! Perhatian…….!

Di masa lalu, pemahaman seperti itu wajar terjadi karena memang begitulah kondisinya. Pendidikan dan pengembangan belum merata hingga akhirnya masyarakat belum melek seutuhnya. Namun di masa kini, mari hilangkan miskonsepsi yang nirfaedah seperti itu. Karena pada hakikatnya, wanita adalah manusia yang diciptakan dengan akal. Dan dengan akal tersebut, wanita memiliki hak untuk mengatur dan menentukan sendiri jalan hidupnya. Wanita berhak untuk memilih, wanita berhak untuk berdaya.

Di masa kini, ulasan mengenai hak-hak wanita rasanya sudah jamak bertebaran di berbagai platform. Mulai dari artikel, infografis, visual apik nan menarik, podcast, hingga video, semua ada! Dan sangat mudah untuk ditemukan, cukup berdayakan ibu jari dan pilih platform yang disukai. Berbagai gerakan, komunitas, hingga organisasi yang fokus pada pemberdayaan dan kepedulian pada wanita juga sudah bercokol di banyak daerah. Jangan salah, kegiatannya tidak hanya sebatas cuap-cuap saja. Ada yang rutin menyelenggarakan pelatihan wirausaha bagi ibu-ibu rumah tangga. Ada yang rajin menyelenggarakan webinar dan berbagi pengetahuan seputar hak wanita serta kesetaraan gender. Bahkan ada pula yang rela menyisihkan waktu dan tenaga untuk menggalang dana bagi para wanita yang terdampak oleh pandemi Covid-19. Bagaimana? Luar biasa bukan? Benar-benar implementasi woman support woman!

Sumber: unsplash.com/mark-winkler

Selain contoh di atas, masih banyak pula wanita berdaya yang telah sukses dalam menentukan jalan hidupnya. Lihat saja di panggung nasional, ada Sri Mulyani, Susi Pudjiastuti, dan Retno Marsudirini yang terbukti handal dalam bidang pemerintahan. Lalu siapa yang tak kenal Najwa Shihab dan Cinta Laura? Sepak terjang kedua tokoh tersebut di bidang masing-masing sudah tak perlu diragukan lagi tentunya. Itulah mereka! Itulah para wanita yang berani dan tidak mau tunduk pada sistem patriarki. Itulah para wanita hebat nan cerdas yang cermat dalam menentukan jalan hidupnya. Itulah para wanita yang menolak untuk melebur dalam miskonsepsi yang tersemat pada konstruksi sosial.

Teruntuk Anda yang masih terbelenggu dalam konsep patriarki, tolong beri ruang. Biarkanlah wanita melenggang dalam jalur pilihannya. Biarkanlah wanita melaju dalam lintasan yang menuju pada impiannya. Wanita perlu berdaya, agar menjadi pelita dan mampu menebar manfaat bagi makhluk hidup lainnya.

Penulis: Setyoningsih Subroto

Share this post:

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *