Melihat sisi lain dari insecurity dan cara mengatasinya

Tak dapat dipungkiri, seringkali rasa insecure muncul dan tidak bisa dihindari kedatangannya. Menurut Cambridge Dictionary, insecure adalah rasa kurang percaya diri dan tidak yakin dengan kemampuan yang dimiliki. Banyak hal yang dapat menjadi penyebab munculnya rasa insecure. Menurut Eric Patterson, seorang konselor profesional dari Pennsylvania, beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab rasa insecure adalah:
- Kurangnya dukungan emosional dari orang-orang terdekat
- Kurangnya kepuasan fisiologis (kebutuhan sandang, pangan, dan papan)
- Kurangnya kecerdasan intelektual, emosional, maupun akademis
Sebagai manusia yang tidak terlahir dengan kesempurnaan, kita semua pasti memiliki kekurangan. Mungkin hal itu sudah sering kamu dengar. But, it’s a cliché because it’s true! Kalimat “I’m not good enough!” rasanya selalu berkelana di dalam pikiran. Insecure selalu menjadi perasaan negatif yang tidak diinginkan dan membuat kita merasa terbebani. Hati-hati, rasa insecure dapat memberi pengaruh negatif untuk dirimu. Misalnya seperti mengganggu aktivitas sehari-hari, menghambat proses bersosialiasi, menghambat kinerja dan proses belajar, bahkan bisa sampai menganggu kesehatan fisik maupun mental.
Namun, mari kita lihat rasa insecure dari sisi lain. Sebetulnya, merasa insecure adalah hal yang wajar dan manusiawi, kok! Bahkan, rasa insecure bisa menjadi stepping stone atau langkah kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Lho, kok bisa? Yuk simak penjelasan mengenai The Dunning-Kruger Effect di bawah ini!
Dunning dan Kruger, dua psikolog asal Amerika, mengemukakan konsep “The Dunning-Kruger Effect”, yaitu bias kognitif yang terjadi saat seseorang cenderung keliru atau berlebihan dalam menilai kemampuannya, serta tidak mampu melakukan metakognisi sehingga tidak menyadari akan keterbatasan yang ada dalam dirinya. John Flavell (1976) mengartikan metakognisi sebagai proses berpikir lebih mendalam tentang cara berpikir itu sendiri (thinking about thinking), atau pengetahuan seseorang tentang proses berpikirnya.
Dalam penelitiannya tersebut, dua psikolog tadi menentukan 3 topik studi yang diujikan pada partisipan, yaitu humor, logical reasoning, dan grammar. Hasilnya, dari semua partisipan yang mendapat nilai rendah, justru merekalah yang merasa paling mengerti dan menguasai ketiga topik yang diuji. Rendahnya kemampuan metakognisi itulah yang membuat kepercayaan diri mereka berlebihan dan merasa diri mereka lebih baik dari partisipan lainnya. Hal tersebut juga membuat mereka tak mampu mengenali kesalahan dan kekurangan yang mereka miliki. Fenomena ini menjelaskan bahwa semakin rendah kompetensi seseorang, maka semakin sulit ia melihat kekurangan dalam dirinya.
Setelah mempelajari The Dunning-Kruger Effect, dapat disimpulkan bahwa ketika kamu bisa melihat kekurangan yang kamu miliki, itu tandanya kamu sudah menilai dirimu sendiri dengan jujur. Kamu sudah memiliki kompetensi yang baik dan sudah satu langkah lebih maju untuk menjadi pribadi yang lebih baik! 1 step back, 2 steps forward! Menarik, bukan?
Memiliki kepercayaan diri tentu merupakan hal yang baik, bahkan sangat diperlukan. Namun, jika memiliki rasa kepercayaan diri yang terlalu berlebihan hingga membuat kita sulit untuk menilai diri sendiri, alangkah baiknya kita mawas diri agar tidak terjebak dalam The Dunning-Kruger Effect.
Eits, tunggu dulu. Rasa insecure dapat menjadi hal yang baik jika kamu mampu mengambil tindakan dengan tepat. Kalau kamu tidak melakukan apapun untuk menyikapinya, kamu akan kalut dan terus menerus tenggelam dalam perasaan negatif. Jadi, bagaimana menyikapi rasa insecure dengan tepat? Eric Patterson membagikan beberapa tips untuk mengatasi rasa insecure.
- Evaluasi dan introspeksi dengan melihat penyebab atau sumber dari rasa insecure itu sendiri. Langkah awal untuk mengatasi suatu permasalahan adalah dengan mengetahui sumbernya dan memvalidasi bahwa ada hal yang sedang tidak baik-baik saja. Dengan melakukannya, diharapkan dapat membantumu berpikir lebih jernih dan melihat segala sesuatunya lebih jelas.
- Mengomunikasikan rasa insecure dengan orang yang dipercaya. Mungkin hal ini akan terasa sulit dan tidak nyaman pada awalnya. Namun, menceritakan perasaan negatif yang terpendam bisa sangat membantumu untuk merasa lebih baik. Terlebih jika lingkunganmu dapat memberi dukungan dan saran-saran yang tepat.
- Jangan lupa untuk mengapresiasi diri sendiri! Hal yang sangat penting dilakukan adalah menerima kenyataan bahwa kita memang tidak terlahir dengan kesempurnaan, and no one does. Alihkan fokus dan kembangkan hal-hal baik yang ada dalam dirimu.
- Memperbaiki kebiasaanmu dengan melakukan hal-hal baik untuk tubuh, seperti berolahraga, mengonsumsi makanan sehat, dll. Memperhatikan penampilanmu juga dapat membuatmu menjadi lebih percaya diri dan merasa nyaman dengan diri sendiri.
- Jika rasa insecure-mu dirasa sudah berlebihan dan mempengaruhi aktivitasmu, segeralah mencari pertolongan profesional ke konselor, psikolog, maupun psikiater.
Selain hal-hal internal, aspek eksternal juga dapat berpengaruh terhadap rasa insecure, lho! Menghindari situasi atau lingkungan sosial yang dapat memperburuk rasa insecure-mu adalah hal yang patut dipertimbangkan. Jika kamu berada di lingkungan yang membuatmu merasa tidak nyaman, ada baiknya kamu evaluasi lagi, apakah tepat untuk terus mempertahankan mereka di sekitarmu? Ataukah lebih baik jika kamu menaruh jarak dengan mereka? Kamu yang menentukan.
“Falling down is not a failure. Failure comes when you stay where you have fallen.” – Socrates
Referensi:
Jennifer A. Livingston, Metacognition: An Overview,
http://gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/metacog.htm, diakses tanggal 20 September 2012 jam 10.25 16 H.F. O’Neil Jr & R.S. Brown, Differential Effects of Question Formats in Math Assessment on
Metacognition and Affect, (Los Angeles: CRESST-CSE University of California, 1997), h. 3
www.psychologytoday.com