The Troubling Effects of Parafilia : Suatu Penyimpangan Seksual yang Meresahkan

Sumber: https://knowlaw.in/index.php/2022/03/13/use-of-anonymity-in-sexual-harassment/

Parafilia merupakan suatu penyimpangan seksual yang mengacu pada pola fantasi, dorongan, maupun perilaku impuls seksual atipikal dan abnormal. Adapun minat seksual yang umumnya dimiliki oleh penderita parafilia sangat variatif dan tidak terbatas, seperti beberapa contoh yang diidentifikasi oleh The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition yang meliputi eksibisionisme, fetisisme, frotteurisme, pedofilia, masokisme seksual, transvestisme, serta voyeurisme. Selain itu, hal-hal lain seperti koprofilia (kotoran), klismafilia (enema), nekrofilia (mayat) masokisme seksual yang meliputi penghinaan, perbudakan, atau penderitaan, teleponikofilia, urofilia (urine), dan zoofilia (hewan) juga termasuk beberapa contoh variasi minat seksual yang dimiliki oleh orang dengan parafilia (Resa, 2021). Meskipun memiliki konotasi negatif, karena konsep parafilia sangat luas dan beragam, menurut data ada setidaknya 62.4% orang di dunia yang terdampak pada satu tipe parafilia (Gandhi, 2022).

Tiap-tiap dari jenis parafilia juga memiliki gejala dan penyebabnya masing-masing. Seperti contohnya, eksibisionisme (salah satu jenis parafilia yang menyebabkan penderitanya memiliki kecenderungan dalam memamerkan alat kelamin mereka di publik) yang sebenarnya belum diidentifikasi penyebab pastinya dipercaya disebabkan oleh kondisi faktor biologis, psikologis, dan lingkungan (Di Carlo, 2010). Seperti contohnya faktor lingkungan dapat diidentifikasikan melalui adanya paparan konten seksual yang dikonsumsi oleh individu dengan parafilia ketika ia masih di bawah umur. Parafilia juga tidak dapat diidentifikasikan sebagai penyakit mental, mengakibatkan konseptualisasi parafilia memiliki kedudukan tabu di masyarakat (Gandhi, 2022). Umumnya, ada seperangkat tes tertentu yang dapat digunakan untuk mendiagnosis parafilia. Akan tetapi, diagnosis yang ada sangatlah bergantung pada tipe parafilia yang dimiliki oleh individu.  

Individu dengan parafilia juga dapat tekanan atau gangguan yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi kesehatan mental serta hubungan mereka dalam masyarakat, seperti contohnya adanya stigmatisasi dan diskriminasi yang kerap ditujukan pada penderita parafilia. Penderita parafilia juga dapat memiliki banyak jenis parafilia dalam satu waktu yang sama. Selain itu, pada taraf tertentu, keterikatan mereka dengan parafilia yang mereka miliki dapat menyebabkan mental disorders seperti kecemasan, depresi, trauma, sindrom bipolar, dan lain sebagainya (Gandhi, 2022). Karena parafilia secara umum memiliki berbagai macam tipe, tidak jarang para individu yang memiliki parafilia tidak mengalami ketergangguan para parafilia yang mereka miliki. Bagaimana efek parafilia terhadap individu yang bersangkutan sangatlah bergantung pada bagaimana individu tersebut mengekspresikan parafilia yang mereka miliki. Berkaitan dengan hal ini, dapat dikatakan bahwa penting bagi tiap penderita parafilia memiliki kapabilitas untuk mengontrol impulsifnya. 

Tidak hanya berdampak bagi para penderitanya saja, parafilia juga sebenarnya dapat berdampak pada masyarakat. Pada beberapa kasus, bila seorang penderita parafilia tidak dapat mengontrol perilakunya, bisa saja ia terlibat dalam kasus ilegal dan merugikan orang lain. Seperti contohnya adalah penderita parafilia jenis pedofilia. Hingga kini, kasus kekerasan seksual yang ditargetkan pada anak masih menjadi suatu hal yang menghantui masyarakat. Berdasarkan data dari United Nations Office on Drugs and Crime (2016), 5–20% anak-anak di berbagai penjuru dunia yang berusia di bawah 18 tahun telah mengalami kekerasan seksual dan eksploitasi. Meskipun demikian, perlu ditinjau bahwasanya tidak semua tipe parafilia memiliki potensi untuk menyebabkan kerugian di masyarakat. Beberapa parafilia memang berpotensi untuk membahayakan publik seperti pedofilia, sexual sadism, dan masochism (Gandhi, 2022). Namun, beberapa tipe parafilia lainnya tidaklah membahayakan dan bahkan tidak terlalu berdampak bagi baik penderitanya maupun orang-orang di sekitarnya sekali pun.  

Hingga kini, penanganan yang dapat diaplikasikan bagi kasus parafilia juga sangat bertumpu pada jenis parafilia dan tingkat keparahan yang dimiliki oleh tiap individu. Secara umum, beberapa langkah seperti terapi dapat diterapkan. Karena parafilia sangat identik sebagai permasalahan sosial, cara penanganannya juga mayoritas dapat dilakukan oleh pendekatan sosial pula. Seperti contohnya, para penderita pedofilia yang diberi pelatihan sosial untuk dapat mengembangkan perilaku yang baik pada anak-anak. Pendekatan lain juga dapat melalui pemberian obat-obatan tertentu seperti pharmacotherapy (obat penawar hasrat seksual). Akan tetapi, parafilia bukanlah suatu hal yang dapat sepenuhnya disembuhkan. Namun, tidak berarti para pemilik parafilia tidak memiliki kewajiban untuk mengontrol dirinya agar tidak merugikan orang lain, terlebih di luar consent mereka. 

Perlu diketahui bahwa tidak semua penderita parafilia terlibat dalam perilaku berbahaya atau memiliki kesulitan dalam bersosialisasi. Beberapa penderita parafilia tetap dapat melakukan aktivitas seksual berdasarkan consent dengan pasangannya. Kompleksitas serta keberagaman efek dari parafilia membuat parafilia merupakan suatu penyimpangan seksual yang meresahkan baik penderita maupun orang-orang di sekitarnya. Akan tetapi, generalisasi dan stigmatisasi bukan merupakan hal yang tepat untuk menyelesaikan problematika yang ada. Pada beberapa kasus, penting bagi masyarakat untuk melakukan pendekatan empatik demi mempromosikan perilaku seksual yang sehat dan konsensual. Lalu, krusial pula bagi para penderita parafilia untuk menumbuhkan kesadaran diri dan berkonsultasi pada profesional bila dibutuhkan demi memunculkan langkah-langkah preventif. Perlu dicatat pula bahwa tidak semua penderita parafilia memerlukan bantuan profesional. Parafilia perlu dikaji melalui pendekatan case-by-case sehingga tidak menimbulkan miskonsepsi dan mistranslasi.

Referensi

Di Carlo, T., 2010. Exhibitionism. Log, (20), hlm.151–158.

Gandhi, A. (2022). What Are the Psychological Implications of Paraphilia. [online] Icliniq.com. Tersedia dalam https://www.icliniq.com/articles/sexual-health/paraphilia-and-its-psychological-implications#how-harmful-are-paraphilias [Diakses pada 7 Mar. 2023].

Resa (2021). Penyakit Parafilia – Gejala, Penyebab, Pengobatan – Kompas.com. [online] KOMPAS.com. Tersedia dalam: https://health.kompas.com/penyakit/read/2021/12/31/210000568/parafilia [Diakses pada 7 Mar. 2023].

United Nations Office on Drugs and Crime, (2016). Global Report on Trafficking in Persons 2016.

Penulis: Allyana Honosutomo

Editor: Desy Putri R.

Tags:

Share this post:

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *