“Vaginismus: Memperjuangkan Cinta Sambil Melawan Stigma”

Vaginismus? Apaan tuh?

Dari nama istilahnya, yakni “Vaginismus” sudah jelas dan tentu saja istilah ini berhubungan dengan vagina, ya. Tapi, vaginismus itu sebenarnya apa? Jadi, vaginismus adalah kondisi medis yang ditandai dengan pengencangan otot-otot pada bagian vagina. Lebih gampangnya lagi, otot vagina menjadi tegang pada kondisi tertentu.

Waduh, tegang kenapa nih? Tegang atau pengencangan pada otot-otot vagina ini merupakan reaksi otomatis tubuh ketika terjadi penetrasi pada vagina yang disebabkan oleh rasa takut.

Hah? Takut? Penetrasi bukannya enak, ya? Hmm…

Mari berhenti sejenak sebelum pembahasan ini keluar dari jalurnya. Okay, vaginismus adalah istilah untuk reaksi tubuh khususnya pada bagian otot-otot vagina yang mengalami pengencangan atau tegang. Vaginismus ini termasuk dalam gangguan yang bersifat multifaktoral. Jadi, faktor penyebab atau pemicunya ada banyak, seperti stres fisik dan emosional, trauma karena merasakan sakit saat penetrasi sehingga memengaruhi otot-otot vagina, bahkan trauma yang disebabkan oleh peristiwa seperti pelecehan seksual atau pemerkosaan.

Kelompok otot yang paling rentan dengan gangguan ini adalah otot Pubococcygeus Muscle Group. Nah, kelompok otot ini bekerja dengan cara merenggangkan diri, yang berfungsi untuk buang air kecil dan buang air besar, penetrasi, keluarnya cairan orgasme, serta untuk melahirkan, lho. Lah, gimana tuh nanti kalau ingin berhubungan seksual dan melahirkan? Jadi susah dong.

Ya, maka dari itu wanita dengan gangguan vaginismus ini sangat rentan mengalami frustasi dan sangat membutuhkan penangan medis. Jadi, buat kamu yang baca ini dan mengidap vaginismus bisa langsung menghubungi atau mendatangi dokter spesialis obgyn (SpOG) ya, agar dapat ditangani dengan baik. Atau share artikel ini ke teman ciwi-ciwi atau girls squad kamu agar pengetahuan kalian semua tentang organ genital lebih to the max lagi, nih. Sekaligus untuk knowing ourself better, ya! Pembahasan selanjutnya adalah bagaimana wanita yang mengidap vaginismus menghadapi stigma yang mereka hadapi di lingkungan mereka.

Hah? Emang ada? Kayaknya vaginismus nggak begitu dikenal deh sama masyarakat.

Ya, maka dari itu lanjut baca artikel ini agar kamu tahu lebih banyak lagi mengenai vaginismus dan dapat menyebarkannya ke lingkungan terdekat kamu! Jadi, walaupun mayoritas masyarakat masih awam dengan vaginismus, ternyata ada lho teman wanita kita yang harus struggle habis-habisan untuk sembuh sambil menghadapi stigma yang melekat pada diri mereka sebagai pengidap vaginismus. Dikutip dari BBC News Indonesia (3/21), ada cerita dari Kak Eunike Putri dan suaminya. Nah, awalnya nih Kak Eunike nggak tahu kalau ternyata dia mengidap gangguan vaginismus. Kak Eunike berpikir bahwa penetrasi untuk kali pertama memang terasa sakit, sehingga dia menganggap bahwa rasa sakit pada vaginanya adalah hal yang wajar. Tetapi keanehan dan rasa khawatir mulai dirasakan oleh Kak Eunike ketika melakukan hubungan seksual yang selanjutnya bersama suami. Kata Kak Eunike sakitnya itu seperti tidak wajar, pokoknya sakit banget.

Kak Eunike akhirnya curcol nih ke teman-teman dekatnya. Teman-temannya berkata bahwa mungkin Kak Eunike kurang rileks ketika melakukan hubungan seksual bersama suami. Masukan dan saran seperti pergi berbulan madu dan mandi air hangat pun sudah dilakukan oleh Kak Eunike, namun hasilnya nihil. Rasa sakit yang teramat itu masih dirasakan Kak Eunike saat berhubungan seksual. Sampailah pada akhirnya Kak Eunike mengetahui bahwa dia merupakan penyintas vaginismus setelah mendengar wawancara seorang selebgram dengan dr. Robbi Asri Wicaksono, SpOG.

Tapi Kak Eunike tidak berkecil hati. Dengan dukungan suaminya, Kak Budiman, dia menjalani terapi khusus dan pengobatan untuk menyembuhkan gangguan pada vaginanya.

Jadi, jangan takut ya, vaginismus dapat disembuhkan. Selain itu, Kak Eunike juga bercerita bahwa dia mendapatkan stigma yang kurang mengenakkan nih dari lingkungannya. Dia seperti dipojokkan dan disalahkan karena dianggap kurang rileks ketika berhubungan seksual. Perkataan ini menghantui Kak Eunike dan memunculkan pikiran bahwa kesalahan ada pada dirinya dan hanya dia yang harus memperbaiki diri. Kak Eunike juga merasa gagal sebagai istri karena tidak mampu melayani suami dalam hubungan seksual, yang menyebabkan Kak Eunike tidak stabil secara emosional dan mengalami frustasi.

Di sisi lain, ternyata pria juga mendapatkan stigma, lho. Berdasarkan cerita Kak Budiman, teman-temannya menanggapi dengan berkata bahwa Kak Budiman tidak ‘jago’ dalam berhubungan seksual ketika menceritakan problem ini. Bahkan ada yang berkomentar bahwa mungkin ukuran penis Kak Budiman kekecilan (Don’t judge a man from his penis size).

Hehe.. Jadi, terdapat dua stigma, baik dari sisi pria maupun wanita. Pihak pria dianggap kurang jantan atau susah ‘tegang’ ketika tidak mampu melakukan penetrasi. Dari pihak wanita pun dianggap kurang rileks karena ketakutan berlebih akan rasa sakit pada vaginanya, bahkan dianggap tidak mampu melayani suami.

Beruntungnya pasangan Kak Eunike dan Kak Budiman ini memiliki ikatan yang kuat. Mereka berdua berusaha bersama mencari jalan keluar atas permasalahan mereka dalam berhubungan seksual. Kak Budiman dengan setia menemani dan memberi dukungan kepada Kak Eunike selama menjalani terapi dan pengobatan. Karena di tempat lain, masih banyak pasangan dan lingkungan yang belum paham akan ini, dan malah menyalahkan penyintas, bahkan ada pasangan yang dimaki-maki dengan perkataan buruk dan ditinggalkan. Kak Eunike awalnya menjalani pemeriksaan untuk mengetahui tingkat derajat vaginismus yang dia idap. Terdapat lima tingkatan derajat pada vaginismus dan Kak Eunike mengidap derajat empat.

Untuk proses penyembuhannya, Kak Eunike diharuskan menjalani prosedur dilatasi berbantu. Dilatasi adalah metode penyembuhan dengan cara merenggangkan otot-otot vagina yang mengalami kekakuan dengan menggunakan alat bantu yang disebut dengan dilator. Dilator ini berbahan silikon dan berbentuk tabung sehingga mirip dengan penis. Untuk tiga hari pertama, Kak Eunike menjalani prosedur dilatasi berbantu di rumah sakit (rawat inap) dan diawasi oleh dokter. Kak Eunike diajari cara melakukan dilatasi dengan menggunakan dilator. Setelah itu, Kak Eunike dipersilakan pulang dan diharuskan untuk melakukan dilatasi mandiri dengan empat macam ukuran dilator, dari yang terkecil sampai yang terbesar. Kak Eunike dengan rutin melakukan prosedur dilatasi mandiri setiap pagi dan

malam, dua kali sehari, selama ENAM BULAN! dan semua itu membuahkan hasil.

Sekarang kak Eunike sudah tidak merasakan rasa sakit lagi ketika melakukan hubungan seksual bersama suami. Tentu saja, untuk sembuh dari vaginismus ini dibutuhkan keberanian dan pengorbanan yang besar. Keberanian untuk pergi ke dokter spesialis dan berkonsultasi, serta pengorbanan untuk menjalani terapi demi kesembuhan. Faktor lain yang mendukung tentu saja support dari lingkungan sekitar. Dengan tidak memberikan stigma buruk kepada penyintas dan memberi dukungan dan dorongan untuk pergi berkonsultasi dengan dokter. Ini semua bisa dimulai dari kamu yang telah membaca artikel ini!

Dengan selesainya membaca artikel ini, sekarang kamu lebih aware dan paham terhadap salah satu gangguan pada vagina, yakni vaginismus. Dan dengan selesainya membaca artikel ini, semoga mata rantai stigma terhadap penyintas vaginismus dapat terputus, digantikan dengan support penuh agar penyintas dapat sembuh! Tentu saja, itu semua dapat dimulai dari kamu.

Referensi

Halodoc. Vaginismus. Diakses melalui https://www.halodoc.com/kesehatan/vaginismus pada

tanggal 14 Oktober 2021 pukul 23.25 WITA

BBC News Indonesia. 2021, 4 Maret. ‘Vagina Saya Seperti Menolak’ – Cerita Pengidap

Vaginismus yang Menghadapi Stigma dan Trauma. Diakses melalui

https://www.bbc.com/indonesia/majalah-56261560 pada tanggal 14 Oktober 2021 pukul

23.34 WITA

Wikipedia (Gambar). Vaginal Dilator. Diakses melalui

https://en.wikipedia.org/wiki/Vaginal_dilator pada tanggal 17 Oktober 2021 pukul 12.59

WITA

Tags:

Share this post:

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *