Why Do Humans Have Sexual Desires?

Sumber:  pexels.com/Gustavo Fring

Apakah kamu pernah bertanya-tanya mengapa manusia memiliki hasrat seksual (sexual desire)? Apakah hal tersebut terjadi begitu saja ataukah ada mekanisme tertentu yang mendorongnya untuk muncul?

Apa itu sexual desire?

Sexual desire merupakan harapan, keinginan, dan kebutuhan terhadap kontak seksual. Dengan kata lain, sexual desire adalah keinginan untuk berhubungan seks namun belum tentu disertai dengan motivasi untuk merealisasikannya guna mencari kepuasan seksual. Keinginan ini dapat dipicu karena adanya pikiran-pikiran atau fantasi terkait seks, atau karena melihat material yang bersifat seks misalnya dari buku atau gambar-gambar tertentu, dan lingkungan/interaksi sosial. Munculnya sexual desire tidak bergantung pada hormon seksual, misalnya testosteron pada pria atau estrogen pada wanita. Namun keberadaan hormon tersebut dapat memperbesar intensitas sexual desire

Selain itu intensitas sexual desire dapat pula dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya, seperti kondisi tubuh, kesehatan, dan usia.  Intensitas ini cenderung menurun atau bahkan hilang saat tubuh lelah atau saat individu menderita penyakit serius tertentu seperti kanker, diabetes, dan kardiovaskular. Semakin bertambahnya usia, intensitas sexual desire juga disinyalir akan semakin menurun.

Mengapa manusia memiliki sexual desire?

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sexual desire atau hasrat seksual merupakan sebuah bentuk respon tubuh terhadap hal-hal yang bersifat seksualitas berupa keinginan untuk berhubungan seks. Sexual desire dapat menjadi “pintu masuk” untuk tahapan-tahapan aktivitas seksualitas lainnya seperti dorongan seksual (sexual drive) dan sexual arousal. Dilihat dari sisi reproduktivitas, pada umumnya manusia memiliki kecenderungan untuk melestarikan keturunannya. Adanya sexual desire dapat menjadi langkah awal untuk mewujudkan hal tersebut. Sementara itu dari sisi kesehatan, sexual desire memiliki peranan penting baik untuk kesehatan fisik maupun mental. Dikutip dari halodoc.com aktivitas seksual dapat menurunkan tekanan darah dan menurunkan tingkat stres otak. Diketahui terdapat empat tahapan dalam siklus respon seksual, yaitu desire, arousal (excitement), orgasm, dan resolution. Dengan demikian, sexual desire merupakan tahap awal yang penting untuk mencapai kepuasan seksual yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif terhadap kesehatan individu.

Perbedaan sexual desire pada wanita dan pria

Wanita dan pria dapat memiliki intensitas sexual desire yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dari masing-masing individu. Wanita dianggap memiliki intensitas sexual desire yang lebih rendah dibanding pria yang dipengaruhi oleh sistem hormonal mereka. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, produksi hormon dapat meningkatkan intensitas sexual desire. Diketahui bahwa pria memproduksi hormon testosteron 10-20 kali lebih banyak dibanding wanita. Hal ini menyebabkan pria lebih mudah mengalami sexual desire secara spontan dibanding wanita. Selain itu perbedaan tersebut dapat dipengaruhi pula oleh struktur sosial dan budaya dimana wanita cenderung lebih mampu mengendalikan hasrat seksualnya secara bebas karena adanya batasan-batasan sosial tertentu.

Apakah sexual desire penting?

Sexual desire sering disamakan dengan rasa lapar dan haus yang jika tidak dipenuhi maka akan mempengaruhi kualitas kehidupan. Sexual desire yang diabaikan atau sengaja ditekan dianggap dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental. Namun, sexual desire yang berlebihan juga memiliki efek negatif baik terhadap individu itu sendiri maupun terhadap orang-orang di sekitarnya, terutama pasangannya. Sebagai contoh, jika seseorang terus-menerus memiliki sexual desire dan mencoba mewujudkannya menjadi aktivitas seksual hingga mengarah pada aktivitas seksual yang berlebihan (compulsive sexual behavior) sementara pasangannya tidak berkenan, maka dapat memicu ketidakharmonisan dalam hubungan. 

Pada dasarnya tidak ada standar baku yang menyatakan kapan seseorang memiliki hasrat seksual yang kurang atau berlebihan. Semua itu bergantung pada kondisi masing-masing individu. Pada prinsipnya, sexual desire dikatakan normal jika tidak mengganggu aktivitas keseharian dari individu yang bersangkutan. Mereka tetap dapat mengerjakan pekerjaan dengan baik dan menjalin hubungan yang harmonis dengan orang-orang di sekitarnya, sehingga akan sulit untuk menentukan apakah seseorang memiliki sexual desire yang “normal” atau tidak tanpa adanya pendapat dari seorang ahli. Misalnya saja, saat seseorang tidak memiliki hasrat seksual apapun terhadap pasangannya, belum tentu karena ia menderita suatu gangguan. Sexual desire tidak selalu terjadi secara spontan. Kadangkala harus ada rangsangan dari luar hingga sexual desire itu muncul sebagai sebuah respon (responsive sexual desire). Kadangkala pula seseorang hanya dapat memiliki sexual desire ketika situasi di sekitarnya mendukung (context sexual desire).

Apakah sexual desire dapat dikontrol atau dicegah kemunculannya?

Sexual desire pada dasarnya merupakan suatu hal yang normal. Namun, jika dirasa hal tersebut sudah berlebihan dan mengganggu aktivitas serta kesehatan mental, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengontrolnya, antara lain:

  1. Mengetahui dan memahami hal-hal apa saja yang dapat memicu munculnya sexual desire dalam diri. Dengan mengetahui hal-hal tersebut, seseorang dapat menghindarinya guna mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
  2. Menjauhkan diri dari kebiasaan menonton dan melihat hal-hal yang berbau pornografi, misalnya dalam film atau video tertentu. Terbiasa menonton hal-hal yang berbau pornografi dapat memicu otak untuk menginginkan hal itu terus-menerus hingga seseorang menjadi kecanduan dan merasa ada yang kurang jika belum menontonnya.
  3. Rutin berolahraga dan meditasi. Salah satu penyebab excessive sexual desire (hasrat seksual yang berlebihan) ialah ketidakseimbangan zat kimia tertentu dalam otak. Rutin berolahraga, meditasi, dan memiliki pola hidup yang sehat dapat membantu menyeimbangkannya.
  4. Meminta bantuan psikoterapis. Jika dirasa upaya mandiri tidak membantu memperbaiki keadaan, maka meminta bantuan psikoterapis dapat menjadi pilihan terbaik. Salah satu bentuk pengobatan yang dapat diberikan ialah terapi perilaku.

Referensi:

iResearchNet. Sexual Desire-What is Psychology? [Online] Available at: https://psychology.iresearchnet.com/social-psychology/interpersonal-relationships/sexual-desire/

Wahyuningsih dan Indarini. 2013. Seberapa Sehat Libido Anda? [Online] Available at: https://health.detik.com/ulasan-khas/d-2174632/seberapa-sehat-libido-anda

Holloway and Wylie. 2015. Sex drive and sexual desire. [Online] Available at: https://journals.lww.com/co-psychiatry/Abstract/2015/11000/Sex_drive_and_sexual_desire.5.aspx

Soo. Female Sexual Desire. [Online] Available at: https://www.rwapsych.com.au/blog/female-sexual-desire/

Pereira. 2010. Sexual desire and mental health functioning among college students. [Online] Available at: https://www.redalyc.org/pdf/3498/349832327063.pdf

Penulis: Lailatussyifah Nasution

Editor: Desy Putri R.

Tags:

Share this post:

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *