Women Support Women: Inklusivitas Dimulai Dari Kita

Sumber: https://www.internationalwomensday.com/Missions/16256/Passion-projects-empower-women-in-incredible-ways-What-s-yours

“I hate to hear you talk about all women as if they were fine ladies instead of rational creatures. None of us wants to be in calm waters all our lives.” ― Jane Austen

Untuk menciptakan proyeksi kesetaraan di muka bumi, tentunya akan sulit untuk diwujudkan bila adanya kekosongan dukungan internal. Pada umumnya, bila membicarakan terkait kesetaraan gender, diskursus utama tentunya memusat pada kedudukan perempuan serta kelompok marjinal lainnya. Sejak awal, partisipasi perempuan dalam memperjuangkan emansipasi tidak pernah absen dalam segala bentuk pendekatan mulai dari advokasi, campaign, edukasi, dan masih banyak lagi. Keikutsertaan perempuan juga memiliki kedudukan yang sangat krusial untuk mempromosikan gender empowerment.  

Salah satu contoh krusial adalah pada bidang pendidikan, inisiatif perempuan dalam mengedukasi sesama tentunya akan membawa perubahan yang signifikan, tidak hanya dalam aspek memberi fasilitas pendidikan yang memadai bagi para perempuan untuk mengembangkan potensinya, tetapi juga untuk mematahkan stereotip dan stigma yang ditujukan pada perempuan-perempuan di masa kini (Cheryan et al., 2017). Di sisi lain, adanya dukungan dari sesama perempuan juga memperlebar kesempatan perempuan untuk berkecimpung dalam berbagai bidang seperti STEM, (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) dan dalam ranah karir. 

Sayangnya, pada beberapa kasus tertentu, movement women supporting women seringkali dimiskonsepsikan, seperti bagaimana ada beberapa pihak yang secara gamblang tidak memberi ruang pada transgender dan cisgender. Tidak jarang pula, tumbuh internalised patriarchy di kalangan sesama perempuan serta penyalahgunaan gerakan women supporting women untuk mendapat kedudukan dan kepentingan tertentu, atau bahkan menjustifikasikan berbagai macam perilaku salah atas nama membela sesama perempuan. Seperti contohnya, adalah bagaimana bila ada perempuan yang memberikan komentar berbau sexist seringkali diabaikan oleh publik. Polemik seperti inilah yang seharusnya perlu digarisbawahi: bahwasanya women supporting women tidak hanya dapat memberi keamanan dan kenyamanan bagi perempuan saja, namun bagi setiap orang yang membutuhkan dan layak menerimanya. 

Women supporting women seharusnya merujuk pada bagaimana perempuan sebagai kelompok yang teropresi saling membantu sesama untuk menciptakan kesejahteraan bagi setiap individu tanpa terkecuali. Gerakan ini dapat ditempuh melui berbagai macam cara seperti mentorship, social network, serta masih banyak lagi yang dapat kita kreasikan sesuai dengan kapabilitas yang kita miliki. Saling menguatkan dan saling membantu, itulah kunci utama yang seharusnya digaung-gaungkan, dan tidak hanya beberapa kelompok perempuan tertentu saja, namun juga kelompok perempuan disabilitas, ekonomi kelas bawah, dan kelompok-kelompok minoritas lainnya. 

Sebagai konklusi, dapat dikatakan bahwa partisipasi perempuan untuk turut mempromosikan inklusivitas dan emansipasi gender merupakan hal yang tidak dapat dikesampingkan. Dengan adanya keinginan kolektif untuk mewujudkan kesetaraan di muka bumi, hal ini akan memperbesar potensi bagi para perempuan untuk mengatasi berbagai macam tantangan serta hambatan yang dihadapinya, mulai dari aspek pendidikan, karir, sosial, dan lapisan kemasyarakatan lainnya. Women supporting women bukanlah sekadar tren, namun merupakan suatu harapan baru agar kita dapat memberi akses serta inklusivitas bagi tiap manusia tanpa memandang gender dan status sosial mereka. Solidaritas akan membawa perubahan besar, utamanya pada polemik patriarki struktural yang memiliki efek berkepanjangan ini. Gender equality dimulai dari kita dan untuk kita. 

“Women, whether subtly or vociferously, have always been a tremendous power in the destiny of the world.” — Eleanor Roosevelt, “It’s Up to the Women” 

Referensi

Cheryan, S., Master, A., & Meltzoff, A. N. (2017). Cultural stereotypes as gatekeepers: increasing girls’ interest in computer science and engineering by diversifying stereotypes. Frontiers in Psychology, 8, 10.

Penulis: Allyana Honosutomo

Editor: Desy Putri R.

Tags:

Share this post:

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *